Waspada Flu Singapura atau HFMD di Musim Pancaroba, Dokter Ungkap Cara Mencegahnya
gospelangolano.com, Jakarta Pergantian musim meningkatkan risiko tertular berbagai penyakit, salah satunya flu Singapura atau yang secara resmi disebut Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD).
Flu Singapura biasanya terjadi pada anak-anak berusia 5 hingga 10 tahun dan dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, salah satunya adalah virus Coxsackie, khususnya Coxsackie A16.
Kasus flu Singapura terjadi pada seorang anak berusia 5 tahun di Depok, Jawa Barat. Dia mengalami ruam di telapak tangan dan telapak kakinya yang awalnya dianggap cacar air.
Di dalamnya, Prof Hartono Gonardi, Ketua Komite Pencegahan Penyakit Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan tentang pencegahan flu Singapura.
“Untuk mencegahnya tentu kita menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kontak dengan orang yang tertular,” kata Hartono pada Pekan Imunisasi Dunia (PID) bersama Kementerian Kesehatan di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Istilah flu Singapura tidak tepat
Pada kesempatan tersebut, Ketua Komite Nasional Cedera Pasca Imunisasi (KIPI), Bapak Hinke Hendra Irwan Satri menambahkan: “Flu Singapura adalah kata yang salah.”
Mr Hinkie berkata: “Flu Singapura adalah istilah yang keliru karena ini bukan virus flu dan tidak lahir begitu saja. Flu ini hanya terjadi di Singapura, di tempat yang berbeda dan karena alasan yang berbeda.
HFMD dapat terjadi karena berbagai sebab, namun HFMD yang paling umum terjadi di Indonesia adalah akibat infeksi virus Coxsackie.
“Di Indonesia kebanyakan Coxsackie. Vaksin Coxsackie belum ada, tapi di Indonesia umumnya ringan,” kata Hinkie.
Gejala HFMD yang banyak ditemukan di Indonesia biasanya berupa ruam pada langit-langit mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
“Ada yang demam tinggi, ada yang tidak terlalu tinggi. Ada orang yang sakit parah hingga timbul ruam di pantat atau bagian tubuh lainnya.
Hinkie menambahkan, HFMD biasanya berlangsung selama seminggu, dan sejauh ini belum ada obatnya.
“Hanya seminggu, kok tanpa pengobatan. Dengan kesabaran yang baik dan istirahat yang cukup.”
Sayangnya, penyakit ini mudah menular. Oleh karena itu, Hinkey mengimbau pasien untuk memakai masker untuk mengurangi kontak.
“Cuci tangan, hindari (berciuman), sebenarnya berciuman bisa menularkan virus, jadi harus dibatasi.” Dapat berkomunikasi dari anak-anak hingga orang dewasa
Tidak hanya dari anak-anak ke anak-anak, virus penyebab HFMD juga bisa menular ke orang dewasa yang memiliki daya tahan tubuh lemah. Termasuk juga pada lansia (lansia) yang daya tahan tubuhnya relatif rendah.
Flu Singapura, yang juga dikenal di kalangan medis sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD), merupakan penyakit yang sangat menular.
Anak-anak di bawah usia 10 tahun berisiko terkena flu Singapura, terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun. Oleh karena itu, menjaga pola hidup sehat sejak dini merupakan salah satu upaya pencegahan yang penting untuk melawan penyakit ini.
Gejala Flu Singapura atau HFMD
Flu Singapura biasanya terjadi ketika anak mengalami demam selama 1 hingga 3 hari, diikuti luka di mulut, serta ruam di tangan dan kaki.
Selain demam, gejala umum flu Singapura antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, kehilangan nafsu makan, gelisah pada bayi dan anak, iritasi lidah dan lidah, ruam merah pada tangan, kaki, dan bokong, serta sakit perut pada anak. .
Pada beberapa kasus, luka juga bisa muncul di lutut, siku, pinggul, dan kaki anak. Meskipun flu Singapura dianggap sebagai kondisi medis ringan pada anak-anak dan dapat diobati dengan sendirinya dalam beberapa hari, bukan berarti penyakit ini harus diabaikan.
Tindakan pencegahan penting dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih berbahaya. Flu Singapura muncul relatif sederhana setelah anak-anak terinfeksi virus tersebut, yang berinkubasi sekitar 3 hingga 6 hari sebelum menyebar ke tenggorokan dan usus anak.
Proses selanjutnya melibatkan perpindahan virus ke jaringan getah bening, menyebar ke kelenjar getah bening dan darah, sebelum muncul di kulit kaki, tangan, dan mulut anak.