Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja

0 0
Read Time:4 Minute, 6 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) menyoroti besarnya skala krisis utang yang membebani pemerintahan pertama Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Laporan ini menyimpulkan bahwa bahkan tanpa membayar bunga utang, pengeluaran pemerintah melebihi pendapatan.

Direktur Program INDEF Esha M. mengatakan pemerintah akan menyelesaikan masalah utang ini ke depan. kata Rachabini. Sebab seluruh pengeluaran pemerintah membutuhkan utang baru.

“Memang utang-utang itu harus kita bayar pada saat jatuh temponya, nanti kalau sudah lunas, kita masih defisit. Kita harus bayar lagi, dan penghasilan kita di kemudian hari tidak akan mampu membayar belanjaan kita. Jadi kita punya yang lama Bayar utangnya, dan kita buat utang baru lagi,” kata Isha dalam diskusi publik Indef yang digelar di Jakarta, Kamis (4/7/2024).

Ia mengantongi data dan menemukan anggaran pemerintah defisit meski sudah memperhitungkan bunga utang. Hal ini terlihat dari besarnya neraca primer dari tahun ke tahun.

“Kalau kita lihat dari data neraca primer, tanpa pembayaran bunga utang, kita masih defisit. Jadi menurut kita ini perlu, penerimaan kita masih belum cukup untuk membiayai belanja negara di luar utang.” dia menjelaskan.

Terlihat besarnya defisit keseimbangan primer mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir. Namun angka tersebut akan berada di bawah Rp 100 triliun pada tahun 2022-2024.

Pada periode yang sama, pembayaran bunga utang lebih besar dibandingkan dengan alokasi biaya lain-lain, kata Esha. Pada tahun 2022, sebesar 16,9 persen APBN digunakan untuk bunga utang, disusul 19 persen pada tahun 2023, dan 20,3 persen pada tahun 2024.

“Ini yang saya sampaikan mengenai kestabilan perekonomian kita ke depan, ini benar-benar harus diwaspadai oleh generasi mendatang agar kita tidak mewarisi utang lagi. Ini akan mempengaruhi pertumbuhan atau daya saing kita ke depan bagi generasi mendatang,” ujarnya. menjelaskan. .

Sebelumnya, pemerintah menerbitkan utang baru sebesar Rp 132,2 triliun pada Januari hingga Mei 2024. Nilai utang ini mengalami penurunan sebesar 12,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau secara tahunan (year-on-year).

“Kalau kita lihat Mei (2024), pembiayaan utang kita Rp 132,2 triliun, turun 12,2 persen,” kata Menteri Keuangan (MENQ) Pak Mulyani saat konferensi pers virtual APBN Juni 2024 di Jakarta (27). / 6/2024).

Berkurangnya pencairan utang disebabkan pemanfaatan sumber daya Saldo Anggaran Lebih (SAL) tahun sebelumnya. Namun penerimaan pajak mengalami penurunan sehingga menyebabkan defisit APBN sebesar Rp 21,8 triliun pada Mei 2024.

Tentu teman-teman bertanya bagaimana pembiayaan utang turun padahal belanja meningkat padahal penerimaan negara menurun. Karena sumber daya yang kami peroleh dari SAL tahun sebelumnya juga sudah kami gunakan, kata dia.

 

Bendahara negara itu mengatakan, turunnya nilai pinjaman ini merupakan hasil keberhasilan pemerintah dalam mengelola kebijakan fiskal. Dia meyakinkan, pemerintah akan terus mengelola utang tersebut dengan hati-hati.

“Hal ini tidak terlepas dari pengelolaan keuangan yang sangat hati-hati sejak pandemi, dan tentunya normalisasi seperti ini tetap kita pertahankan dan harapkan pada masa pemulihan yang terjadi saat ini,” jelasnya.

Pak Mulyani mencatat, penerimaan kredit SBN turun menjadi Rp141,6 triliun atau 2 persen pada Mei 2023 dibandingkan Rp144,5 triliun pada Mei 2023. Sementara pembiayaan non utang meningkat 49,2 persen menjadi Rp47,6 triliun pada Mei 2024 dibandingkan Rp31,9 triliun pada Mei 2023.

Jadi kalau kita lihat penerimaan kredit yang per 31 Mei mencapai Rp84,6 triliun, sudah turun 28,7 persen di saat APBN sedang mengalami tekanan pendapatan, kenaikan biaya, dan guncangan global yang luar biasa. Dan menyerukan pengelolaan keuangan,” tutupnya.

Wartawan: Sulaiman

Sumber: Merdeka.com

 

Sebelumnya, Menteri Keuangan (MENQ) Shri Mulyani Indrawati mencatat pemulihan pembiayaan utang pada Maret 2024 sebesar Rs. 104,7 triliun telah tercapai. Namun APBN masih mencatat surplus hingga Maret 2024.

“Meski APBN kita masih surplus, tapi pengelolaan fiskal kita berdasarkan strategi 1 tahun, termasuk penerbitan SUN kita. Kita lihat Rp 104,7 triliun,” kata Pak Mulyani di APBN. Menerima konferensi pers di Jakarta pada Jumat (26/4).

Pak Mulyani mengatakan penarikan pinjaman telah turun lebih dari 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penarikan utang pemerintah saat itu mencapai Rp 225,4 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 225,4 triliun. 

Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu atau turun signifikan sebesar 53,6 persen dibandingkan tahun lalu ketika pembiayaan utang mencapai Rp225,4 triliun, ujarnya.

Rinciannya, pemulihan penarikan utang yang timbul dari Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 104 triliun. Kemudian utang tersebut dihapuskan dari pinjaman tersebut, dan nilainya mencapai 600 miliar dolar.

Keringanan hutang

Pak Mulyani mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan pemerintah dalam mengurangi penarikan utang. Yakni kecenderungan nilai tukar rupee yang melemah terhadap dolar AS dan kecenderungan kebijakan suku bunga yang lebih tinggi oleh bank sentral AS dan Eropa.

“Semua ini akan terus kami pantau dan tentukan arah pendanaannya,” jelasnya.

Dia meyakinkan pemerintah akan berhati-hati dalam mengambil utang baru. Antara lain dengan memperhatikan situasi perkembangan ekonomi global saat ini.

“Dalam strategi keuangan kami, kami akan terus berhati-hati dan berhati-hati, serta kami akan menerapkan strategi yang sangat pragmatis dan oportunistik sehingga kami dapat memilih waktu yang tepat,” ujarnya.

 

Wartawan: Sulaiman

Sumber: Merdeka.com

 

happy Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Happy
0 %
sad Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Sad
0 %
excited Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Excited
0 %
sleepy Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Sleepy
0 %
angry Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Angry
0 %
surprise Tanpa Bayar Utang, Ekonom Sebut Pemerintah Masih Nombok Belanja
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D