Suhu Udara Eropa Meningkat, Tanda Pemanasan Global Mendekat
JAKARTA – Benua Eropa juga mengalami peningkatan suhu udara, seperti yang terjadi di Asia. Tanda-tanda pemanasan global juga terlihat.
Melansir Daily Sabah, Kamis (9/5/2024), laporan terbaru dari pemantau iklim Copernicus Uni Eropa mengonfirmasi bahwa April kembali mencetak rekor suhu rata-rata permukaan udara dan laut global. Kondisi hangat yang luar biasa ini terjadi meski fenomena cuaca El Nino yang berkontribusi terhadap peningkatan panas sudah melemah.
Layanan Perubahan Iklim Copernicus di Uni Eropa menunjukkan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia memperburuk kondisi ekstrem tersebut. Sejak Juni tahun lalu, bulan ini tercatat sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah.
Kondisi ini berlangsung hingga April 2024 dengan kenaikan suhu mencapai 1,58 derajat Celcius di atas rata-rata sejak era pra-industri tahun 1850-1900. “Meskipun tidak biasa, serangkaian catatan suhu global bulanan serupa sebelumnya terjadi pada tahun 2015/2016,” kata Copernicus dalam sebuah pernyataan.
Suhu rata-rata selama 12 bulan terakhir juga 1,6 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, melebihi target 1,5 derajat Celcius yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris tahun 2015 untuk membatasi pemanasan global.
Anomali ini tidak berarti bahwa target Paris yang dihitung selama beberapa dekade telah meleset. “Namun, ini hanya menunjukkan betapa luar biasa kondisi suhu global yang kita alami saat ini,” kata ahli iklim Copernicus Julien Nicolas kepada AFP.
Bulan lalu adalah bulan April terpanas kedua yang pernah tercatat di Eropa, serta bulan Maret dan seluruh periode musim dingin. “Catatan yang lebih jelas mengenai tambahan energi yang terperangkap di lautan dan atmosfer akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akan terus mendorong suhu global ke rekor baru,” kata Direktur Copernicus Carlo Buontempo dalam sebuah pernyataan.
PBB memperingatkan pada bulan Maret bahwa ada kemungkinan besar suhu mencapai rekor tertinggi karena tahun 2023 menandai berakhirnya satu dekade pemanasan global. Namun, para ahli menilai masih terlalu dini untuk memprediksi apakah rekor baru akan terus dipecahkan karena kondisi pada tahun 2023 sangat tidak biasa.