Salwan Momika Pembakar Al-Quran yang Diisukan Tewas, Masih Hidup dan Kini Ditangkap
gospelangolano.com, Jakarta Akhir Juni 2023, Swedia dihebohkan dengan pembakaran Alquran yang dilakukan pria bernama Salvan Momika. Peristiwa tersebut menimbulkan kontroversi dan reaksi keras dari komunitas Muslim di Swedia dan seluruh dunia.
Tak lama setelah video pembakaran Alquran di depan masjid terbesar di Stockholm menjadi viral, laporan kematian Salvan Momika menyebar di Norwegia, dan banyak yang mempertanyakan kebenaran laporan tersebut. Banyak pihak yang kemudian menyebut Salvan Momika meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di Norwegia.
Momika ditangkap pada Kamis, 28 Maret 2024, berdasarkan keterangan Pengadilan Tinggi Kota Oslo. Pengadilan memutuskan untuk menahan Momika selama empat minggu sambil menunggu permintaan ekstradisi dari Direktorat Imigrasi Norwegia (UTI).
Berikut gospelangolano.com rangkum profil singkat Salwan Momika dan kontroversinya dari berbagai sumber, Senin (22/7/2024).
Salwan Saba Matti Momika, lahir 23 Juni 1986 di Irak, adalah seorang pengungsi Irak dan kritikus Muslim yang dikenal karena aktivitas kontroversialnya di Swedia. Ia menjadi perhatian publik karena mengorganisir protes di Swedia di mana ia membakar Al-Quran di depan umum, sehingga memicu perdebatan sengit mengenai kebebasan berbicara dan menghina agama.
Momica dilahirkan dalam keluarga Kristen di Irak utara, daerah yang sering terkena dampak konflik. Sejak kecil, Momika hidup di lingkungan yang keras dan menantang. Meski dibesarkan dalam tradisi Kristen, Momica diidentifikasi sebagai seorang ateis. Lika-liku kehidupan membawanya dari Irak ke Swedia, di mana ia mencari perlindungan dari kondisi politik dan keamanan yang tidak stabil di tanah airnya.
Sebelum datang ke Swedia sebagai pengungsi, Momika aktif dalam politik di Irak. Dia adalah bagian dari Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), sebuah kelompok militan yang memerangi ISIS. Dalam beberapa video, Momika terlihat berpenampilan militan dan setia pada Brigade Imam Ali, salah satu sayap bersenjata PMF. Ia juga mengaku sebagai perwira militer di Pasukan Spiritual Yesus Putra Maria, kelompok militan yang ia dirikan untuk melawan ancaman ISIS. Selain itu, Momika adalah pendiri partai politik Uni Demokrat Suriah dan Brigade Babilonia, sebuah milisi bersenjata yang dibentuk pada tahun 2014. Resimen ini dikenal sebagai Brigade Elang Suriah, yang oleh beberapa pihak secara keliru diklaim sebagai milisi Kristen.
Momika mengajukan visa ke Swedia pada tahun 2018 dan resmi terdaftar sebagai imigran dari Irak pada April 2021, saat ia mendapat izin tinggal selama tiga tahun. Sejak 2017, Momica sudah sering terlihat di Swedia, dengan visa Schengen untuk masuk ke negara tersebut. Dalam beberapa kesempatan ia difoto di luar Riksdag (Parlemen Swedia) bersama anggota parlemen Kristen Demokrat Robert Haleff. Ia juga bertemu dengan anggota parlemen Partai Demokrat Swedia Julia Grönlit. Dalam upaya memperkuat posisinya di Swedia, Momika mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen partainya, menunjukkan ambisi besarnya di dunia politik.
Salvan Momika pertama kali mendapat perhatian global pada Juni 2023 ketika ia melakukan tindakan kontroversial yaitu menginjak-injak dan membakar Al-Quran di depan masjid terbesar di Stockholm. Aksi tersebut direkam oleh seorang teman dan kemudian dibagikan secara luas di media sosial sehingga memicu reaksi keras di berbagai belahan dunia. Setelah serangkaian protes di Swedia musim panas lalu, termasuk pembakaran salinan Alquran, Momica berencana meninggalkan Swedia dan mencari suaka di Norwegia. Dia ditangkap pada 28 Maret 2024, sehari setelah tiba di Oslo, berdasarkan putusan Pengadilan Distrik Oslo.
Dalam persidangan yang digelar pada tanggal 30 Maret 2024, pengadilan memutuskan untuk menahan Momika selama empat minggu. Keputusan tersebut menunggu kemungkinan permintaan Direktorat Imigrasi Norwegia (UTI) untuk mengirim Momika kembali ke Swedia, sesuai dengan hukum UE. Setelah pengaturan formal dan praktis dilakukan, ekstradisi akan segera dilakukan sesuai perintah pengadilan. Polisi Norwegia telah mengajukan permohonan penahanan sementara Momiga, dengan alasan undang-undang migrasi negara tersebut. Mereka menilai ada kemungkinan Momica berusaha menghindari keputusan hengkang dari negara tersebut.
Menanggapi meningkatnya reaksi internasional, badan intelijen Swedia menaikkan tingkat kewaspadaan teror menjadi lima pada pertengahan Agustus, menjadikan Swedia sebagai “target teror utama” menurut badan tersebut. Selain itu, pada bulan Oktober, Badan Migrasi Swedia mencabut izin tinggal Momika dengan alasan informasi palsu dalam permohonan aslinya. Namun, Momica diberikan izin tinggal sementara karena “kendala dalam pelaksanaan deportasi ke Irak.” Irak sebelumnya menuntut ekstradisi Momica ke negaranya. Investigasi terus fokus pada apakah tindakan Momica dapat dianggap sebagai “hasutan terhadap kelompok etnis” mengingat kedekatan Momica dengan masjid dan waktu kejadian yang bertepatan dengan perayaan Idul Adha. Momica membantah tindakannya merupakan kejahatan rasial dan mengatakan pengadilan pada akhirnya akan memutuskan kasus tersebut.