Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal

0 0
Read Time:7 Minute, 22 Second

Jakarta – Guru Besar Filologi Fakultas Seni dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum meraih Habibi Prize Bidang Filsafat, Agama, dan Kebudayaan Tahun 2023. Ini merupakan penghargaan pertama yang diberikan Habibi kepada civitas akademika pesantren tersebut.

Penganugerahan Habibi Prize 2023 di Auditorium Sumitro Jojohadikusumo, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jakarta. Saat ini, Direktur BRIN Laksana Trai Handoko, Direksi Komite Sumber Daya Manusia Yayasan Sains dan Teknologi (SDM IPTEK) Ilham Habibi, Ketua Yayasan SDM IPTEK Wardiman Jojonegoro, Direktur LPDP Andin Hadianto, Menteri Agama (2014 – 2019) ) Luqman Hakim Saifuddin, Ketua Mahkamah Agung Gimli Ashiddiqi, tokoh agama Muji Sutrisno, ekonom Hendri Saparini dan banyak negara.

“Saya yakin Habibi Prize yang saya terima bukan sekedar hadiah untuk Oman, tapi lebih merupakan pengakuan atas keilmuan yang baik dengan tujuan utama menggali memori bangsa secara tertulis,” kata Kang Oman (penanya). Hal itu disampaikannya usai menerima penghargaan, Jumat 10 November 2023. 

Menurut Kang Oman, apa yang diraihnya merupakan penghormatan kepada para peneliti, peneliti tetap, dan penulis yang telah bekerja diam-diam melestarikan catatan tertulis, jauh dari keramaian. Penghargaan tersebut merupakan investasi besar di bidang Filologi untuk memajukan kajian sastra Indonesia di Indonesia. Penghargaan ini merupakan pesan moral yang kuat bahwa sastra sebagai produk kebudayaan harus dikembangkan dalam pembangunan Indonesia di masa depan. 

“Kearifan lokal dalam tulisan untuk pembangunan Indonesia Emas 2045 tidak boleh dilupakan. Informasi yang kita buat hari ini akan menjadi pengetahuan penting bagi bangsa Indonesia di masa depan. 100, 200 atau 1.000 tahun lagi, sama seperti kita memahami teks-teks kuno saat ini. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk menciptakan rekor yang baik, kata Kang Oman.

Kebudayaan, kata Kang Oman, merupakan hasil gagasan, prakarsa, dan tindakan manusia. Pertumbuhan yang tidak berdasarkan ingatan manusia akan kering dan tidak memanusiakan manusia. Pembangunan yang demikian akan kehilangan nilai, kehilangan jati diri dan tidak jelas siapa yang akan memperoleh manfaatnya.

Selain itu, budaya Indonesia sangat kental dengan nilai-nilai spiritual yang menjadi bagian penting dari identitas bangsa Indonesia. Itu semua informasinya tertulis dalam aksara Indonesia, ujarnya.

Kang Oman menilai, Anugerah Habibi 2023 yang diterimanya menjadi secercah harapan agar bidang filologi, sastra, dan budaya dapat mendapat perhatian lebih dari masyarakat dan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan para pembentuk undang-undang. Ia meyakini, tanpa budaya, hukum akan kehilangan kearifannya. 

“Untungnya penghargaan ini bisa lebih memberikan semangat kepada dunia politik kita, bahwa masih banyak ide-ide lokal yang tidak dijadikan inspirasi dalam kampanye.” Bagi saya ini penting, karena saya yakin politik bukan sekadar budaya. sebagai alat untuk memperebutkan kekuasaan,” katanya kepada Philology Plus

Sebagai Guru Besar FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Oman Faturahman menciptakan program Filologi Plus. Filologi adalah suatu alat atau alat untuk mempelajari naskah-naskah dengan menelusuri letaknya, penggunaan huruf-hurufnya, ciri-cirinya, serta sejarah kelahiran dan persebarannya. Dalam tradisi Arab, ilmu linguistik disebut dengan “tahqiq” yang berarti mengoreksi atau mengkritik. Tugas ulama adalah membaca dan mengkritisi teks naskah kuno untuk menemukan kebenaran teks penulis, kemudian menyajikan teks tersebut kepada pembaca lainnya.

Oman menemukan bahwa sejak masa kolonial hingga awal tahun 1990-an, karya filosofis lebih fokus pada transliterasi dan produksi terjemahan. Secara umum, penerjemahan melibatkan analisis pola atau pola bahasa dan tulisan, bukan menganalisis isi pengetahuan dalam teks.

Sebagai lulusan pesantren, Oman merasa tidak puas ketika mengedit teks keagamaan tentang tasawuf, ketuhanan, yang banyak memuat permasalahan ilmu filsafat Islam, namun tidak memeriksa teks dan isinya secara mandiri. Oleh karena itu, Oman berusaha memposisikan dirinya tidak hanya sebagai “koki sehat” yang tugasnya memasak “sesuai” teks catatan, tetapi juga sebagai ahli “memasak” teks berdasarkan prinsip-prinsip Islam. studi. . Ya

“Philology Plus, saya katakan, adalah untuk membeli filologi perempuan dengan berbagai perspektif keilmuan dan memperkuat kontennya. Filologi Plus membutuhkan kerja filologi yang berkolaborasi atau kajian multidisiplin untuk kajian ilmu-ilmu lain.” Menurut saya, Filologi Plus adalah ilmu keislaman atau ilmu sosial. – Sejarah intelektual Islam di Indonesia adalah filologi,” ujarnya.

“Ilmu pengetahuan dan teoritis yang dijadikan konsep tentunya tidak hanya sejarah dan kajian Islam seperti yang saya gunakan, tetapi juga digunakan untuk ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, sejarah sejarah, kesehatan dan kedokteran, media dan komunikasi, gender, dan berbagai ilmu.” Di .Profil

Oman Fathurrahman lahir di Kuningan, Jawa Barat, pada tanggal 8 Agustus 1969. Setelah lulus dari MAN Sipasung Tasikmalaya pada tahun 1987, kesulitan keuangan memaksa Oman untuk “tinggal” di sebuah sekolah Islam pedesaan di Horkuning, Salopa. Setahun kemudian, ia memutuskan pindah ke Jakarta untuk mencoba peruntungan mewujudkan mimpinya. Dia bekerja keras untuk mengumpulkan biaya sekolah. Mulai berjualan rokok dan manisan di kaki Kebayoran Lama, Jakarta Selatan hingga Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemudian menjadi karyawan di sebuah perusahaan percetakan. 

Baru pada tahun 1990, Oman mendapat kesempatan belajar setelah diterima di Jurusan Bahasa dan Inggris Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia membiayai sendiri kuliahnya dengan berjualan jam tangan, batik, kacamata, dan mengajar mengaji. Namun ia aktif berorganisasi dan juga menjadi ketua senat mahasiswa serta ketua ketua HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). 

Pada tahun 1994, tulisan-tulisannya mulai dikenal di Oman setelah lulus dari Laud, Oman. Berkolaborasi dengan Chambert-Loir, ia menghasilkan karya pertamanya yang berjudul “Harta Karun Naskah: Panduan Koleksi Naskah Indonesia di Seluruh Dunia” (Jakarta: EFEO-YOI, 1999). Ini adalah buku babon, semacam “kakek dari buku” yang telah menjadi subjek utama para penulis sastra di seluruh dunia.

Pada tahun 1998, atas beasiswa dari Yayasan Nusantara Nusantara (Yanasa), Oman menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Penelitiannya diterbitkan dengan judul “Manyoal Wahdatul Wujud” (Bandung: EFEO-Mizan, 1999). Sejak itu ia menggambarkan perjalanan hidupnya melalui tulisan-tulisan Nusantara. Ia menelusuri tulisan-tulisan Minangkabau, Aceh, dan Jawa Barat. Dengan beasiswa dari Ford Foundation, pada tahun 2003 Oman berhasil mendapatkan gelar doktor di universitas yang sama. Disertasinya diterbitkan dengan judul “Minangkabau: Teks dan Konteks” (Jakarta: EFEO-Prenada, 2008).

Oman menguasai Alfiyyah – kitab seribu ayat Arab tingkat tinggi karya Ibnu Malik – dan teks aslinya dalam empat bahasa: Arab, Melayu, Jawa, dan Sunda. Kemampuannya ini membuatnya mendapatkan beasiswa dari Alexander von Humboldt-Stiftung di Jerman untuk melakukan penelitian di Universitas Cologne. Selama dua tahun (2006-2008) Oman dan keluarganya tinggal di Bonn, Jerman. 

Pada tahun 2010, Oman mendapat Chevening Fellowship untuk melakukan penelitian di Universitas Oxford, Inggris. Pada tahun 2012-2013, saatnya Oman diundang oleh rekan-rekannya di Jepang untuk menjadi profesor di Tokyo University of Foreign Studies (TUFS). Pada saat yang sama, rekan-rekannya di Sophia University mengajak Oman untuk bekerja sama dalam penyelamatan dan penelitian naskah Islam Melayu di Kota Marawi, Mindanao, Filipina selatan. Pada tahun 2021, ia mendapat undangan kedua di Jepang yaitu dari Kyoto University dan Osaka University. Selain itu, beliau pernah bekerja sebagai klien di Perancis, Belanda, Mesir, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Amerika Serikat dan banyak negara lainnya. 

Sejak tahun 2017, Oman memimpin DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia), sebuah upaya pelestarian manuskrip di Asia Tenggara melalui digitalisasi. Program yang bertujuan melestarikan agama dan budaya masyarakat Asia Timur melalui koleksi manuskrip ini merupakan kerja sama Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta dan Sekolah Sastra (CSMS) Hamburg. . University, Jerman, dengan dukungan dari Arcadia Foundation. Dari sini, hampir setengah juta halaman literatur Asia dalam berbagai bahasa dan artikel dapat diakses secara online. Menurut PPIM, Oman juga mengelola jurnal ternama internasional Q1 Studia Islamica.

Oman memanfaatkan media sosial dan saluran digital untuk menghadirkan naskah ke masyarakat melalui program Nagarikasa (Penelaahan Alam Naskah Kuno Nusantara). Setiap hari Jumat pukul 20.00 setiap minggunya, ia rutin muncul di stream Facebook saat Kang Oman membaca artikel-artikel lama tentang topik sehari-hari. Selama empat tahun terakhir, Ngariksa telah memproduksi lebih dari 100 episode yang rekamannya dapat dilihat di channel YouTube Ngariksa TV. 

Kepiawaian Oman menyikapi konten keagamaan dalam budaya melalui tulisan mengantarkannya menjadi Kepala Eselon I Kementerian Agama periode 2017-2021. Dalam jabatan terpentingnya tersebut, ia tidak hanya bekerja pada tiga Menteri Agama (Lukman Hakeem Saifuddin, Fachrul Razi dan Yakut Choleel Koumas) tetapi juga menduduki empat posisi: Staf Ahli Menteri, Plt. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Direktur Departemen Agama, dan Direktur Panitia Agama. Ia kemudian kembali ke Fakultas Seni dan Humaniora UIN Jakarta, dimana ia menjabat sebagai Dekan pada tahun 2014-2015. Selain itu beliau membawahi Pondok Pesantren Al-Hamidia, Depok, Jawa Barat. Pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1988 oleh K.H. Ahmad Saib.

Pada tanggal 8 Agustus 2023, Oman menerima Penghargaan Pustaka Paripalana dari Masyarakat Naskah Nusantara (Mansa) atas upayanya dalam melestarikan, meneliti dan mempromosikan naskah Indonesia di Indonesia. 

Oman tinggal di Siput, Tangsel bersama istrinya, Husnayah Al Hudayah, dan ketiga anaknya: Fadli Husnur Rahman, Alif Alfeni Rahman dan Jiddane Askura Rahman. Di media sosial, beliau dapat dikenali melalui akun Twitter: @ofathurahman, FB: @Oman Fathurahman dan Instagram: @ofathurahman.

Baca presentasi pendidikan lainnya di tautan ini. Mahfoud Kritik Bahlil Soal Investor Asing di IKN: Begini Saudaraku, Entah sudah berapa lama Dirjen Administrasi, Hukum, dan Keamanan RI Mahfood MD mengkritik Perdana Menteri/Perdana Menteri. Pengelola Badan Usaha (BKPM) Bahlil Lahadalia yang pada 12 Juni 2024 menyatakan tidak ada investor asing di IKN gospelangolano.com.co.id

happy Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Happy
0 %
sad Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Sad
0 %
excited Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Excited
0 %
sleepy Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Sleepy
0 %
angry Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Angry
0 %
surprise Raih Habibie Prize, Guru Besar Filologi UIN Jakarta: Indonesia Emas Tak Boleh Lupakan Kearifan Lokal
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D