Presiden Jokowi Bangun Optimisme di Tengah Ancaman Gelapnya Ekonomi Dunia

Read Time:3 Minute, 29 Second

gospelangolano.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut Indonesia menjadi titik terang di tengah suramnya perekonomian global. Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, memberikan informasi bahwa Indonesia menjadi titik terang di tengah suramnya perekonomian global.

Oleh karena itu, Presiden mengajak semua pihak untuk tetap optimis menghadapi situasi perekonomian tahun depan. Meski demikian, beberapa lembaga internasional menyebutkan perekonomian akan suram pada tahun 2023.

Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Yusuf Wibisono mengatakan optimisme harus tetap dijaga di tengah situasi perekonomian yang sulit. Ia pun sependapat dengan Jokowi untuk tetap waspada dan berhati-hati agar tidak membahayakan perekonomian Indonesia.

“Optimis tentu baik, tapi kalau tidak hati-hati menurut saya berbahaya. APBN kita ruang fiskalnya terbatas. Saran saya, perlu berhati-hati dan segera membatasi belanja-belanja yang tidak penting,” ujarnya. . Yusuf.

Menurutnya, di tengah situasi global yang tidak menentu ini, dimana negara lain sedang mengalami krisis sedangkan Indonesia masih relatif stabil karena 2 hal.

“Yang pertama kita punya mekanisme subsidi harga energi yang cukup besar. BBM khususnya pertalite dan solar, batu bara juga kita subsidi. Ya, mekanisme kita untuk batu bara adalah DMO atau Internal Market Obligation dengan harga tetap. $70 per ton,” jelasnya.

“Jadi kalau batubara di dunia naik, listrik kita tidak naik kan, karena kita punya mekanisme itu dan kita beruntung juga termasuk yang masih punya banyak sumber daya alam, dalam hal ini . batubara.” Lanjutnya.

Yusuf melanjutkan, faktor kedua yang mendukung pertumbuhan ekonomi negara adalah tingginya harga barang, Indonesia memperoleh pendapatan yang tinggi dari sektor tersebut.

Jadi yang kedua, kita dapat banyak pemasukan dari harga komoditas, terutama batu bara, sawit, nikel, tahun lalu tumbuh ke tahun ini dan masih di awal tahun ya, tahun 2022 masih di . baru sekarang kenaikan harga ini selesai,” jelasnya.

“Jadi dua faktor inilah yang menjadikan APBN kita kuat dalam meredam gejolak harga internasional di saat negara lain sedang kesusahan, ya inflasi kita relatif terkendali sehingga stabilitas merek kita cukup baik untuk bertahan,” jelasnya.

Meski demikian, Yusuf mengingatkan pemerintah untuk memperhatikan APBN sebagai penyangga guncangan perekonomian global. Sebab, harga bahan baku diperkirakan melemah pada tahun depan sehingga berdampak pada penerimaan negara.

“Kapasitas APBN kita tidak bisa dibandingkan 2 tahun terakhir. Kapasitas APBN tahun depan akan jauh lebih rendah, apalagi pendapatan ekspor kita akan turun pada bahan mentah. Harga bahan baku tahun depan akan semakin melemah akibat resesi global di sana,” dia berkata. untuk menjelaskan

“Ketika pendapatan tahun 2021 dan 2022 surplus perdagangan dan juga surplus anggaran kita, maka penumpang utamanya adalah harga komoditas global, dan harga komoditas yang bagus akan berakhir tahun depan, maka akan semakin melemah, jadi tidak bisa menunggu lagi,” dia menambahkan. Yusuf.

Selain itu, pemerintah juga harus mengurangi defisit anggaran di bawah 3% Produk Domestik Bruto (PDB), karena APBN tidak lagi bisa ditopang oleh utang.

Kedua, batas utang pemerintah terhadap defisit fiskal pemerintah tahun depan harus kembali maksimal kurang dari 3% defisit anggaran terhadap PDB. Oleh karena itu, jika tidak bisa, maka kita tidak bisa mengandalkan utang APBN pada tahun 2020. .- 2021,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden Jokowi menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang dapat meningkatkan optimisme, yaitu yang pertama adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih positif.

“Di tengah krisis, di tengah resesi, Indonesia pada kuartal II masih tumbuh sebesar 5,44 persen. Kita patut bersyukur. Kita termasuk negara dengan pertumbuhan atau pertumbuhan ekonomi tertinggi di antara negara-negara G20. .” dan negara-negara lain,” kata Jokowi.

Jadi alasan kedua adalah inflasi masih relatif terkendali di level 4,9 persen pada triwulan II tahun 2022, meski hanya menjadi 5,9 persen pasca kebijakan kenaikan harga BBM.

“Bandingkan inflasi kita dengan negara lain, pertumbuhan kita dengan pertumbuhan ekonomi negara lain,” jelasnya.

Lalu, penyebab ketiga adalah neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus sepanjang tahun 2022 bahkan setidaknya satu tahun sebelumnya, yakni selama 29 bulan terakhir.

“Sudah 29 bulan kita terus surplus neraca perdagangan kita. Menteri Perdagangan Zul (Zulkifli Hasan -red) sudah menyatakan bahwa Januari-September surplus kita mencapai 39,8 miliar dolar. Jumlah kecil ini juga berkat kerja keras Bapak dan Ibu,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kepala Negara meminta semua pihak tetap optimis dengan keadaan yang ada, termasuk berbagai penilaian lembaga internasional yang ada.

“Lembaga internasional bilang tahun ini sulit, tahun depan akan gelap, tolong negara lain. Negara kita harus tetap optimis,” jelas Jokowi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Disney Plus akan Bertindak Tegas
Next post Rahasia Bahagia di Usia 50-an, Lakukan Kegiatan Ini