Pertamina Klaim Bisa Produksi Biodiesel B100, Tapi Harganya Belum Murah
gospelangolano.com, Jakarta – Pemerintah terus mendorong penggunaan bahan bakar alternatif yang tidak lagi menggunakan minyak. Salah satunya yang terus dikembangkan adalah biodiesel bernama B40.
Namun salah satu perusahaan pelat merah yakni Pertamina melalui PT Pertamina Energi Baru dan Terbarukan (Pertamina NRE) mengklaim mampu memproduksi biodiesel B100 atau bahkan 100 persen minyak sawit.
Menurut Bayu Probowo, Kepala Program Pengembangan CCUS Pertamina NRE, biodiesel B100 saat ini belum bisa dijual karena belum mencapai harga keekonomian atau masih cukup mahal. Dengan begitu, produksi biodiesel masih mencapai 35 persen dengan campuran minyak sawit.
Biodiesel B35 kita tercatat campuran tertinggi di dunia. Biasanya di tempat lain hanya 10 sampai 15 persen, tapi sudah mencapai 35 persen, kata Bayu di Green Economy Expo, JCC Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4 /7/2024 ).
Bayu melanjutkan, teknologi blending milik Pertamina sendiri sudah mumpuni 100 persen. Namun untuk bisa menjualnya perlu mencapai harga skala keekonomian.
Selain itu, Pertamina juga sedang mengembangkan bahan bakar alternatif lain selain biodiesel yaitu hidrogen hijau.
“Kami memiliki beberapa inisiatif hidrogen hijau seperti pembangkitan hidrogen (tenaga listrik) dan pemanfaatan hidrogen. Kami juga memiliki beberapa inisiatif lain seperti panas bumi metanol hijau dan lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan penggunaan bahan bakar hidrogen di sektor transportasi akan dimulai pada tahun 2030. Penggunaannya akan lebih banyak dan mencakup mobil hidrogen (fuel cell atau bahan bakar sintetis), produksi listrik, serta. serta penyimpanan energi dan dekarbonisasi.
Hal tersebut dijelaskan oleh salah satu produsen mobil yang berbisnis di Indonesia yaitu Toyota yang menganggap green hydrogen sebagai sumber energi baru yang ramah lingkungan, hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan limbah di udara serta tidak meningkatkan efek rumah kaca. . . Oleh karena itu, emisi gas karbon sangat mendukung pencapaian tujuan tersebut.
Nandi Yulianto, Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengatakan pada pembukaan seminar nasional di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, bahwa pemanfaatan multiteknologi dari berbagai sumber energi dengan fokus pengurangan emisi merupakan salah satu kebutuhan. Melaksanakan tujuan NZE untuk masa depan yang hijau.
“Sebagai bagian dari solusi transportasi masyarakat Indonesia, advokasi publik melalui kegiatan lokakarya nasional ini menjawab tantangan sosial ekonomi dan transformasi digital di sektor transportasi dalam pengembangan energi alternatif NZE 2060 di Indonesia yang berfokus pada teknologi hidrogen,” jelas Nandi. .
Penggunaan hidrogen juga sejalan dengan misi dekarbonisasi sektor manufaktur yang ditarget Kementerian Perindustrian RI pada tahun 2050, atau sepuluh tahun lebih awal dari target yang ditetapkan.