Penjelasan BEI Terkait Penyebab IHSG Tersungkur dalam 2 Minggu

Read Time:3 Minute, 46 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengutarakan beberapa alasan mengapa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan selama dua pekan terakhir, 18 Maret-2 April 2024.

Irvan Susendi, Direktur Bisnis dan Manajemen Anggota Bursa BEI, mengatakan IHSG turun 1 persen dalam dua pekan terakhir, 18 Maret – 2 April 2024.

Sejalan dengan itu, kata Irwan, terjadi aliran masuk mata uang asing (trading money) dalam dua pekan terakhir sebesar Rp 5,26 triliun. Namun secara umum, pasar saham Indonesia mencatatkan apresiasi harga secara year to date sebesar Rp 22,99 triliun.

Irvan mengatakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya IHSG dan penjualan online dalam beberapa hari terakhir.

Pertama, perkara Mahkamah Konstitusi terkait hasil pemilu semakin meningkat. Hasil pemilu 2024 diumumkan pada 20 Maret 2024 dan mengukuhkan tim Prabowo-Gibran sebagai pemenang.

Namun selama ini pasangan capres dan cawapres Anees-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MK menuding mereka melakukan bantuan publik dan dugaan politisasi APBN jelang pemilu 2024. Menteri kabinet Jokowi yakni Menteri Kerja Sama Ekonomi Republik Indonesia Indonesia, Menteri Keuangan RI, Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, dan Menteri Masyarakat Ekonomi RI,” kata Irwan.

Kedua, OJK mengakhiri skema insentif restrukturisasi utang perbankan terdampak Covid-19 pada 31 Maret 2024. Berakhirnya skema ini pada bulan Juni 2023 bertepatan dengan meningkatnya tingkat pandemi Covid-19 oleh Pemerintah, namun tetap didukung. Aktivitas ekonomi manusia meningkat melalui pengendalian harga dan pertumbuhan investasi.

Ketiga, jangka waktu pembagian dividen bagi emiten konsisten dengan imbal hasil dividen. Tanggal atau batas waktu pembelian saham beberapa emiten besar terutama perbankan jatuh pada Maret 2024, antara lain: BBRI 13 Maret, BBNI 14 Maret, BMRI 19 Maret, dan BBCA 22 Maret 2024.

Per 26 Maret 2024, keempat bank tersebut menjadi 4 perusahaan yang memperoleh kurs valuta asing tertinggi sepanjang tahun 2024. Namun, jelas Irvan, keempat emiten tersebut mengalami penurunan harga signifikan pada Senin 1 April 2024, sementara IHSG tertekan. 2% (ddtd), yaitu BBRI (-2.07%), BBNI (-4.24%), BMRI (-4.83%), dan BBCA (-2.23%).

“Pembagian saham juga dilakukan dari dalam negeri dengan pengembalian dividen kepada investor asing pemilik saham lokal. “Ini juga menjadi salah satu faktor melemahnya rupee,” kata Irvan.

Keempat, aktivitas dunia usaha melambat menjelang libur panjang. Prosesnya melambat, apalagi menjelang libur Idul Fitri. Hal ini disebabkan berakhirnya aktivitas transaksi pada tanggal 8 April – 15 April 2024.

Kelima, penyesuaian teknis. Tindakan korektif tersebut terjadi setelah akumulasi kenaikan berturut-turut (konvensi) yang sebelumnya memaksa IHSG mencetak (7.433,32) pada 14 Maret, kata Irwan.

Keenam, tingkat inflasi yang meningkat. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Maret naik menjadi 3,05% (yoy), dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,75% (yoy). Kenaikan inflasi pada Maret 2024 disebabkan oleh inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Ketujuh, rupee masih mengalami tekanan signifikan sepanjang tahun 2024. Rupee akan terdepresiasi sebesar 3,11% pada akhir tahun 2023 hingga 2 April 2024 berdasarkan kurs JISDOR.

“Tekanan rupee terhadap USD juga terlihat melalui mata uang asing. Indeks Dolar AS (DXY) menguat 3,44% sejak 2 April 2024 (YTD),” kata Irwan.

Irvan mengatakan, melemahnya nilai tukar rupee terhadap USD dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama, kuatnya dolar AS yang dipengaruhi oleh data perekonomian AS yang tetap stabil di tengah kenaikan harga, sehingga ada kepentingan kebijakan AS. Yang diperkirakan akan tetap tinggi untuk beberapa waktu.

Kedua, meningkatnya ketegangan politik dan ketidakpastian mendorong penguatan dolar AS sebagai safe haven. Ketiga, waktu repatriasi dividen.

IHSG ditutup pada 3 April 2024

Sebelumnya tercatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada sesi perdagangan saham Rabu 3 April 2024. Sebagian besar sektor saham berada di bawah tekanan dan saham-saham banyak dijual oleh investor luar negeri.

Mengutip data RTI, IHSG turun 0,97 persen menjadi 7.166,84. Indeks LQ45 turun 1,49 persen menjadi 953,90. Sebagian besar indeks saham acuan berada di bawah tekanan. Sebanyak 397 unit terpotong akibat tekanan terhadap IHSG. Sebanyak 194 saham menguat dan 194 saham stagnan.

Dengan volume perdagangan 18 miliar lembar saham, total frekuensi perdagangan 1.024.901 kali, harga saham harian 13,4 triliun. Investor asing beli saham Rp 2,12 triliun Pada tahun 2024, investor asing beli saham Rp 20,8 triliun.

Sebagian besar saham (IDX-IC) berada di zona merah kecuali sektor kesehatan naik 1,2 persen, sektor energi naik 0,15 persen, sektor keuangan naik 0,19 persen. Selain itu, sektor barang industri tumbuh sebesar 0,11 persen, sedangkan sektor barang teknologi mengalami penurunan sebesar 1,48 persen.

Sektor saham transportasi turun 1,36 persen, sektor properti turun 1,42 persen, dan sektor keuangan turun 1,3 persen. Selanjutnya sektor saham cyclical turun 1,14 persen dan sektor cyclical turun 0,65 persen.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kalau Mau Damai, Atalarik Syach Kasih Syarat Ini ke Tsania Marwa
Next post Lewat Program Dual-Electric, Beli Mobil Listrik Ini Langsung Dapat Mobil Hybrid Gratis