OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah

0 0
Read Time:3 Minute, 8 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Komisi Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan penguatan dolar Amerika Serikat (USD) yang terjadi belakangan ini dapat semakin mengurangi risiko yang dihadapi sektor perbankan nasional.

Hasil stress test yang dilakukan OJK menunjukkan pelemahan nilai tukar rupiah saat ini relatif kecil pengaruh langsungnya terhadap permodalan perbankan.

Posisi net leverage (PDN) perbankan Indonesia masih di bawah ambang batas dan umumnya berada pada posisi PDN “long” (aset valas melebihi kewajiban valas).

Bantalan modal bank yang sangat besar (CAR tinggi) diyakini mampu menyerap fluktuasi nilai tukar rupiah dan suku bunga yang relatif tinggi.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, pihaknya mengimbau masyarakat tetap tenang menghadapi guncangan geopolitik global yang terjadi saat ini.

“Kedamaian dan rasionalitas masyarakat serta koordinasi antar otoritas terkait menjadi faktor kunci dalam menghadapi dinamika perekonomian global saat ini,” kata Dian dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (19/4/2024) di Jakarta.

Dion menjelaskan, selama ini USD mengalami penguatan terhadap seluruh mata uang global, terlihat dari indeks dolar yang menguat sejak akhir Maret 2024.

Ia juga menyebutkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap penguatan dolar AS, seperti berlanjutnya kenaikan kebijakan suku bunga jangka panjang di tengah kuatnya perekonomian AS dan inflasi AS yang masih jauh dari target The Fed sebesar 2 persen.

Pernyataan terbaru bank sentral mengungkapkan bahwa pihaknya tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga dan akan terus memantau perkembangan data ekonomi ke depan.

OJK menegaskan perekonomian dalam negeri dipengaruhi oleh situasi geopolitik eksternal, dengan data inflasi Indonesia Maret 2024 sebesar 0,52 persen (mtm) atau 3,05 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan Februari 2024 sebesar 2,75 persen (mtm). dalam rentang target yang ditentukan.

OJK menilai pelemahan nilai tukar rupiah saat ini dapat berdampak pada ekspor komoditas dan turunannya sehingga dapat mengimbangi penarikan dana non-residen dan mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan penggunaan komponen dalam negeri dalam proses produksinya.

OJK secara berkala melakukan stress test terhadap perbankan dengan menggunakan beberapa variabel lingkungan makroekonomi dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko utama seperti risiko kredit dan risiko pasar.

“OJK senantiasa melakukan pemantauan secara optimal untuk memastikan berbagai risiko akibat lemahnya nilai tukar dan relatif tingginya suku bunga dapat dimitigasi dengan baik oleh setiap bank,” tulisnya dalam keterangannya di Jakarta.

“OJK selalu memantau potensi dampak perkembangan perekonomian global dan domestik terhadap kondisi bank dan meminta bank mengambil langkah-langkah mitigasi yang diperlukan. Koordinasi dengan anggota KSSK juga dilanjutkan dengan komitmen memberikan kebijakan yang tepat dan tepat waktu. .

Pada pembukaan perdagangan Rabu (13/3/2024), kinerja positif perbankan dalam negeri menjadi katalis yang mendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Rupiah menguat 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp 15.580 per dolar AS pada perdagangan Rabu pagi, dari Rp 15.590 terhadap dolar AS sebelumnya, dikutip Antara.

“Sentimen ini didorong oleh kinerja positif sektor perbankan di Indonesia,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Joshua Burdate.

Joshua memperkirakan Ruby akan bergerak antara Rp 15.500-Rp 15.650 per USD pada perdagangan Rabu 13 Maret 2024.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan posisi perbankan Indonesia sangat stabil dalam menghadapi berbagai tekanan dan situasi yang mengancam keberlangsungan perbankan global.

Hingga Januari 2024, perbankan Indonesia memiliki rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 27,54 persen, modal inti (Tier 1 capital) dan rasio CAR sebesar 94,41 persen.

Di sisi lain, kinerja likuiditas perbankan Indonesia tetap terjaga, antara lain ditunjukkan dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 231,14 persen. Kondisi likuiditas sangat baik dibandingkan tingkat LCR di yurisdiksi lain. Misalnya di Uni Eropa, tarif LCR masing-masing sebesar 158,78 persen dan 125,80 persen.

Selain itu, rupiah juga terdongkrak oleh konfirmasi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (Federal Reserve) Jerome Powell terhadap kebijakan penurunan suku bunga pada tahun 2024. Pasar memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sentral akan terjadi. bank menurunkan suku bunga kebijakannya pada Juni 2024.

happy OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Happy
0 %
sad OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Sad
0 %
excited OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Excited
0 %
sleepy OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Sleepy
0 %
angry OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Angry
0 %
surprise OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D