Minta Anggaran Rp 14 Triliun, AHY Beri Penjelasan
gospelangolano.com, Jakarta – Menteri Pertanian dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membeberkan alasan Kementerian ATR/BPN meminta anggaran hingga Rp 14 triliun pada tahun ini. Tahun 2025 misalnya, untuk sektor pertanahan, ada beberapa tujuan yang dinilai bisa dirangsang.
Hal ini juga berkaitan dengan percepatan program reforma agraria yang diusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak tahun 2014. Diakui AHY, ada penurunan dibandingkan tahun lalu dari sisi anggaran.
“Kami mendapat alokasi sekitar Rp6,5 triliun, turun dibandingkan tahun lalu Rp7,3 triliun. Pengurangannya sekitar Rp 800 miliar. Kalau kita tanya cukup atau kurang, tentu kita berharap ada tambahan agar cukup dengan apa yang kita kerjakan,” kata AHY, Sabtu (15/6) usai Konferensi Reforma Agraria 2024 di Sanur, Bali. .2024).
Dia mengatakan DPR telah menyetujui usulan Komisi II RI tersebut. Dia menekankan, ada beberapa momen mendesak untuk mempercepat sektor pertanahan yang membutuhkan tambahan anggaran.
Mulai dari percepatan program Pendaftaran Tanah Sistematis Komprehensif (PTSL), hingga redistribusi tanah di bidang penataan ruang. Di bidang penataan ruang, AHY masih memiliki banyak pekerjaan rumah dan baru mencapai 25 persen dari targetnya.
“Ingat, kita masih perlu mengerjakan pekerjaan rumah untuk mencapai RDTR 2000, yaitu rencana rinci tata ruang. Tidak mudah, kita saat ini baru 500, artinya masih sekitar 25 persen, jadi untuk mengejar 100 persen perlu dana, perlu anggaran, ”tegasnya.
Menurut dia, kesepakatan RDTR ini bisa membuka peluang bagi investor untuk mencairkan dananya. Investasi ke dalam diharapkan juga dapat mendongkrak perekonomian masyarakat.
“Kenapa ini penting? Misalnya karena dengan itu kita bisa membuat investor lebih bersemangat dan mudah untuk berinvestasi dan bermodal di Indonesia. Jadi penting dan mutlak perlu untuk diterapkan,” kata AHY.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, AHY mengaku telah mengajukan pinjaman lunak ke Bank Dunia. Harganya mencapai setara USD 635 juta atau Rp 10,3 triliun.
“Mari kita cari skema bantuan atau pinjaman lunak yang akan dilaksanakan dengan sistem yang baik selama 5 tahun ke depan. Jadi kita berharap bisa membantu program reformasi dan mencapai tujuan kita,” ujarnya.
Pengajuan pinjaman ini merupakan upaya sesuai dana anggaran masing-masing kementerian/lembaga. Putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono ini menyadari masih banyak prioritas pembangunan lain selain Kementerian ATR/BPN.
“Tentunya kami juga sangat bersimpati dengan prioritas anggaran pemerintah lainnya, karena bukan hanya Kementerian ATR BPN yang menjadi prioritas, artinya yang lain juga punya prioritas. Kami sedang mencoba mencari di mana ada anggaran lain,” tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi II DPR RI Junimert Girsang mengamini anggaran Kementerian Pertanian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ditingkatkan. Jadi totalnya pada 2025 adalah Rp 14 triliun.
Diketahui, pagu anggaran Kementerian ATR/BPN dipatok sebesar Rp6,45 triliun. Namun Menteri ATR/BPN Agus Harimurthy Yudhoyono (AHY) mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp7,5 triliun sehingga totalnya menjadi Rp14 triliun.
“Jadi kita dorong karena panitia (Komisi II DPR RI) juga anggotanya dari Bangara (Badan Anggaran) dan bukan dari Kementerian Keuangan Rp 14 triliun,” kata Junimart usai menghadiri KTT Reforma Agraria 2024. Sanur, Bali, Jumat (14/6/2024).
Ia mengaku sudah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian ATR/BPN Suas Bindayana untuk mengevaluasi anggaran tersebut. Peningkatan anggaran yang cukup besar untuk mendukung kerja ATR/BPN.
“Khususnya yang pertama untuk pelaksanaan program, katanya teknologi IT, yang tentunya membutuhkan banyak biaya. Yang kedua adalah mengenai dukungan hukum dari ATR/BPN, karena kenyataannya sampai saat ini sekitar 40 persen pekerjaan kepala kantor selalu dianggap bermasalah. Ada dan selalu ada “sesuatu yang mengganggu pekerjaan pengelola pertanahan karena berurusan dengan APH (aparat penegak hukum),” jelasnya.
Oleh karena itu, anggota DPR dari PDI Perjuangan meminta Kementerian ATR/BPN memberikan bantuan hukum kepada kepala kantor pertanahan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan dilakukan dengan benar.
Junimart mengaku akan berkoordinasi dengan Banggar DPR RI terkait anggaran tambahan tersebut. Kami berharap DPR RI Banga bisa membicarakan hal ini dengan Kementerian Keuangan (KMENKU).
“Kami akan mendekati Banggar DPR RI dan meminta agar Bangar juga dapat mendekati Kementerian Keuangan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan tersebut. Kenapa ini terjadi? Karena tanah ini benar-benar bekerja sama dengan masyarakat,” tutupnya.