Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak

0 0
Read Time:2 Minute, 58 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Microsoft kini berada di bawah pengawasan UE. Perusahaan Redmond, Washington, Amerika Serikat itu dituduh diam-diam mengumpulkan informasi dari anak di bawah umur.

Kelompok advokasi Austria, Knoib, telah mengajukan dua keluhan terhadap Microsoft atas penggunaan aplikasi pendidikan Microsoft 365 di sekolah.

FYI, kelompok advokasi ini telah mengajukan pengaduan terhadap OpenAI, Meta, Spotify, dan banyak perusahaan teknologi lainnya.

Mengutip laporan Engadget Kamis (6/6/2024), Noyb mengatakan Microsoft 365 Education memasang cookie untuk menganalisis kebiasaan pengguna dan mengumpulkan data pencarian di seluruh browser.

Data yang dikumpulkan kemudian digunakan untuk tujuan periklanan tanpa sepengetahuan sekolah.

Kelompok advokasi tersebut menuduh Microsoft mengumpulkan informasi tentang anak-anak yang menggunakan layanan Microsoft di sekolah dan secara diam-diam melacak informasi anak-anak.

“Analisis kami terhadap aliran data sangat memprihatinkan. Tampaknya Microsoft 365 Education melacak pengguna tanpa memandang usia,” kata Felix Mikolash, pengacara perlindungan data di Noib.

“Praktik ini akan berdampak pada ratusan ribu pelajar dan pelajar di UE dan EEA (Wilayah Ekonomi Eropa). Pihak berwenang pada akhirnya harus mengambil tindakan dan secara efektif menegakkan hak-hak anak di bawah umur,” tambah Felix.

Knoib juga mengklaim bahwa Microsoft mengabaikan tanggung jawab Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa terhadap sekolah karena tidak memberikan informasi apa pun tentang kebijakan privasi atau pengumpulan data perusahaan.

“Microsoft menyimpan semua informasi penting tentang pemrosesan data dalam perangkat lunaknya, namun menunjuk ke sekolah ketika menegaskan hak-hak mereka,” kata Martje de Graaf, pengacara perlindungan data lainnya di Noib.

Ia menambahkan, sekolah tidak memiliki sarana untuk mematuhi kewajiban transparansi dan informasi.

Sekadar informasi, Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Uni Eropa menetapkan pedoman ketat untuk perlindungan data anak di bawah umur, dengan fokus pada perlindungan tambahan, transparansi, dan akuntabilitas individu.

Siapa pun yang kedapatan melanggar aturan GDPR akan didenda 20 juta euro (sekitar Rp 354 miliar) atau empat persen dari omset tahunan perusahaan di seluruh dunia pada tahun sebelumnya.

Selain itu, Microsoft juga memperluas jangkauan Copilot, chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) andalannya. Kali ini perusahaan mengintegrasikan CoPilot ke dalam aplikasi Telegram. 

Kehadiran Copilot di Telegram memungkinkan pengguna aplikasi untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam percakapan sehari-hari. Ekspansi ini sejalan dengan strategi Microsoft untuk mengintegrasikan CoPilot ke dalam beragam produk dan layanan.

Microsoft tidak sendirian dalam menghadirkan chatbot AI ke platform obrolannya, menurut laporan The Virgin yang dikutip Phone Arena, Jumat (31/5/2024). Perusahaan lain seperti Meta dan Google telah melakukan hal serupa.

Tren ini menunjukkan semakin pentingnya AI dalam cara manusia berkomunikasi dan mengakses informasi di era digital.

Bagi pengguna yang ingin mengakses Copilot di Telegram, caranya sangat mudah. Pengguna dapat mencari bot dengan nama pengguna @CopilotOfficialBot di menu kolom pencarian aplikasi Telegram dan kemudian menyetujui Ketentuan Penggunaan dan Pernyataan Privasi.

Setelah menyetujui persyaratan, pengguna perlu membagikan nomor Telegram ke bot Telegram Copilot. Jadi, pengguna bisa menggunakan bot ini untuk membantu mereka dalam aktivitas sehari-hari.

Microsoft memuji kemampuan bot Copilot di Telegram untuk melakukan pencarian internet, membuat rekomendasi film, membuat rutinitas olahraga, membantu tugas coding, menerjemahkan percakapan, dan menawarkan fakta singkat.

Meski kehadiran Microsoft Copilot di Telegram diyakini akan menarik minat banyak pengguna, chatbot ini akan fokus pada interaksi berbasis teks. Oleh karena itu, bot ini tidak mendukung pembuatan gambar melalui teks.

Selain itu, persyaratan bagi pengguna untuk mengirimkan nomor telepon mereka akan menjadi sorotan, terutama bagi pengguna Telegram yang sadar privasi.

Harap dicatat bahwa bot ini memiliki batas 30 percakapan per hari. Oleh karena itu, pengguna dan bot Microsoft Copilot hanya dapat bertukar pesan sebanyak 30 kali dalam jangka waktu 24 jam.

Dijelaskan, pembatasan ini bertujuan untuk mengontrol alokasi sumber daya, sekaligus memastikan akses yang adil bagi seluruh pengguna.

happy Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Happy
0 %
sad Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Sad
0 %
excited Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Excited
0 %
sleepy Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Sleepy
0 %
angry Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Angry
0 %
surprise Microsoft dalam Pengawasan karena Dituding Kumpulkan Data Anak-Anak
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D