Mendulang Manis Gurihnya Untung Berbisnis Jajanan Pasar
gospelangolano.com, Jakarta Jajanan pasar merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Indonesia. Dengan variasi dan cita rasa yang kaya, sarapan pagi di pasar menjadi favorit masyarakat. Toko makanan ringan juga dapat ditemukan di seluruh area. Makanan ringan telah menunjukkan potensi besar sebagai produk komersial yang menjanjikan.
Selain itu, bisnis makanan dikenal sebagai sektor yang fleksibel dan selalu diminati. Meski sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19, bisnis makanan dan minuman, termasuk sarapan pagi di pasar, kembali bangkit. Hal ini menunjukkan adanya pasar yang kuat dan stabil di sektor ini.
Kemampuan itulah yang membuat Yuzi Tamaya (29) tertarik melanjutkan bisnis restoran Bisang yang dirintisnya pada tahun 1989. Berlokasi di sebuah toko di Pasar Legi Kotagade Yogyakarta, toko bernama Ruby Snack ini menjual berbagai macam jajanan tradisional. . Yang termasuk manis atau asam. Termasuk roti kapu dan kambang yang merupakan jajanan tradisional khas Kotagued.
Bagi Yuzi yang sudah menjalankan usahanya sejak tahun 2016, bisnis sarapan pagi merupakan salah satu sumber penghasilan yang menjanjikan.
“Menurut saya sarapan adalah bisnis yang menjadi cara saya mencari nafkah. Yang kami jual adalah kebutuhan sehari-hari, lain halnya dengan barang-barang rumah tangga yang hanya dibuat oleh orang-orang saja. “Semua orang butuh makan setiap hari,” kata Yuzi saat Liputan6. .com bertemu di pondoknya.
Produk sandwich telah membangun basis penggemar yang luas dan stabil. Segmen pasar ini terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, serta dari kalangan menengah hingga atas. Selain itu, dengan tren kembali ke produk lokal dan tradisional, jajanan pasar semakin banyak diminati konsumen yang mencari cita rasa makanan autentik.
Pelanggan Yuzi sangat beragam, mulai dari pengunjung pasar yang membeli satu atau dua jajanan pasar tersebut, hingga pelanggan luar kota. “Kami pelanggannya dari jauh, ada pelanggan dari Bandung yang sering memesan oleh-oleh Juja dalam jumlah banyak untuk rombongan sekolah,” jelasnya.
Sebagai bagian dari generasi milenial, Yuzi juga memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi. Strategi ini nampaknya sangat efektif dalam menarik pelanggan, mengingat banyak pelanggan snack Ruby yang datang setelah melihat akun Instagram miliknya. Dengan menerapkan strategi bisnisnya, Yuzi pun berhasil mengembangkan bisnisnya dengan membuka cabang di Bintul, Kecamatan Terengganu.
Ruby’s Snack berkolaborasi dengan perajin makanan ringan dari berbagai belahan dunia. Ada yang datang dari Kotagued, Jalan Maglang dan Bintul. Pengrajin dari sekitar Cottagegate sering membawa dagangannya ke Ruby’s Snack Bar di Pasar Cottagegate. Pemasok sarapan di area Bintul juga mengantarkan sarapannya langsung ke Ruby’s Snack Bar di Bintul. Khusus untuk pedagang di Jalan Meglang, Yuzi biasanya mengumpulkan sarapan pagi di pasar.
Beberapa supplier yang bekerja sama dengan Ruby Snacks merupakan perajin yang selalu menyediakan makanan ringan sejak usahanya dimiliki oleh ibu Yuzi. Hubungan jangka panjang ini menunjukkan kepercayaan dan komitmen antara Ruby Snacks dan pemasoknya. Kelanjutan kerja sama ini juga mencerminkan stabilitas dan loyalitas kedua belah pihak.
Meski Ruby berhasil menjalin kerja sama yang baik dengan para supplier makanan ringan, namun Yuzi masih menghadapi banyak tantangan dalam menjalankan bisnisnya. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah keterlambatan pengiriman sarapan pagi yang dilakukan oleh banyak supplier, terutama saat ada pesanan pagi.
“Terkadang pesanan datang di pagi hari, supplier sering menunda pengiriman sarapan yang dipesan. “Tapi karena kami distributor, keluhan pelanggan harus kami tangani,” kata Yuzi.
Ruby Snack Station di Pasar Kotagade omzet hariannya mencapai Rp 5 juta. Dengan 5 orang pegawai di kios Kotagade dan 5 orang pegawai di kios Bintul, Yuzi berharap usahanya terus berkembang. Kedepannya, ia berencana menambah snack bar lagi.