Membongkar Rahasia Panjang Umur Menurut Ilmuwan Harvard, 6 Hal yang Perlu Kita Ketahui tentang Penuaan
gospelangolano.com, Jakarta – Selama beberapa dekade terakhir, ilmu pengetahuan mampu memperpanjang umur manusia. Namun, ada pertanyaan besar di balik kemajuan ini: bisakah kita hidup lebih lama dari yang kita kira?
Menurut penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Aging, umur manusia memang meningkat, namun batas usia maksimalnya tidak berubah secara signifikan.
Profesor metabolisme molekuler Harvard T.H. Chan School of Public Health, William Mair berbagi misteri penuaan dan tantangan terbesar dalam memperpanjang umur panjang, seperti dirangkum pada Selasa, 29 Oktober 2024 di hsph.harvard.edu. Pertumbuhan umur panjang dan batas usia atas
Studi ini menunjukkan bahwa kemajuan dalam kesehatan masyarakat telah memungkinkan orang untuk menua dengan lebih baik. Artinya, semakin banyak dari kita yang memasuki usia tua dibandingkan sebelumnya.
Namun, pada saat yang sama, umur maksimum manusia tampaknya meningkat secara signifikan. Hal ini karena tubuh kita belum berevolusi untuk melindungi diri mereka sendiri lebih lama dibandingkan saat ini.
Menurut Mayr, meski kita berumur panjang, tubuh manusia masih memiliki batasan alami yang sulit dijangkau. Hal ini disebut dengan “ambang kematian” – batas usia alami yang sulit diatasi dengan teknologi kedokteran saat ini.
Meski demikian, Mayr juga optimis. Menurutnya, perbatasan ini bukanlah tembok yang tidak bisa digerakkan. Dengan adanya perkembangan baru dalam biologi penuaan, mungkin suatu hari kita akan mampu melakukan hal tersebut.
Penuaan bukanlah masalah besar dalam evolusi. Dari sudut pandang evolusi, kelangsungan hidup bukanlah soal lamanya hidup suatu organisme, melainkan kemampuannya untuk mewariskan gennya ke generasi berikutnya.
Banyak makhluk, termasuk manusia, yang mati bukan karena usia tua, melainkan karena penyakit, kecelakaan, atau serangan makhluk lain. Seiring berjalannya waktu, strategi terbaik organisme adalah makan, tumbuh, dan bereproduksi dengan cepat, meskipun hal tersebut menyebabkan tubuh mereka menua dengan cepat.
Namun, fenomena menarik terjadi ketika organisme kekurangan nutrisi. Dalam kondisi kelangkaan pangan, beberapa organisme memilih untuk mengurangi laju pertumbuhan dan reproduksi dan lebih fokus pada pemeliharaan tubuh.
Hasil? Mereka lebih tahan lama dan hidup lebih lama. Di laboratorium, hal ini bahkan telah dibuktikan pada cacing, lalat buah, dan tikus.
Jika kita memberi mereka lebih sedikit kalori, mereka sebenarnya akan hidup lebih lama. Fakta ini membuka wawasan baru mengenai peran nutrisi dalam memperlambat proses penuaan.
Jadi bisakah orang memperlambat proses penuaan dengan mengurangi asupan makanan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Mayr dan timnya melakukan beberapa penelitian.
Uji klinis pembatasan diet dan puasa intermiten telah menunjukkan hasil yang menjanjikan, namun data jangka panjang pada manusia terbatas.
Mayr menjelaskan bahwa kita sekarang dapat mengukur ‘usia biologis’ seseorang – seberapa cepat atau lambatnya usia mereka dibandingkan dengan usia kronologisnya.
Hal ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana pola makan dan gaya hidup mempengaruhi penuaan.
Namun, Mayr mengingatkan kita bahwa tidak semua temuan tersebut bisa langsung diterapkan pada manusia.
Meskipun hasilnya menjanjikan pada organisme sederhana, manusia adalah makhluk yang lebih kompleks.
Meski begitu, dia tetap optimis. Geroscience, atau ilmu biologi penuaan, berkembang pesat dan terus mencari cara untuk memperlambat proses penuaan.
Mayr percaya bahwa banyak penyakit kronis, termasuk penyakit Alzheimer, kanker, penyakit jantung dan diabetes, disebabkan oleh disfungsi metabolisme. Penyakit-penyakit ini mempunyai banyak penyebab, namun memiliki satu kesamaan: usia adalah faktor risiko terbesar.
Saat kita masih muda, tubuh kita memiliki metabolisme yang fleksibel. Kita bisa dengan mudah beralih dari membakar gula di siang hari ke membakar lemak di malam hari.
Namun, seiring bertambahnya usia, kita kehilangan kemampuan ini dan metabolisme kita mulai menyimpan lemak di tempat yang bukan tempatnya, sehingga menyebabkan peningkatan risiko penyakit organ penting, misalnya.
Penelitian di laboratorium Mair berfokus pada pemahaman bahwa tubuh kita menjadi kurang fleksibel secara metabolik seiring bertambahnya usia, dan bahwa beberapa orang mampu mempertahankan fleksibilitas ini lebih lama.
Menurutnya, ada cara untuk menjaga kelenturan metabolisme melalui pola makan, pengobatan, bahkan genetika.
Namun, perilaku sehari-hari juga berperan, dan Mayr percaya bahwa menggabungkan pendekatan-pendekatan ini bisa menjadi kunci untuk hidup lebih lama.
Bisakah kita memperpanjang umur manusia? Mayr mengatakan ada dua pendekatan utama untuk mempelajari penuaan.
Pendekatan pertama adalah mempelajari faktor biologis dan sosial yang menyebabkan beberapa orang menua dengan cara ini. Ini termasuk genetika, metabolisme, nutrisi, dan interaksi sosial.
Pendekatan ini tidak akan meningkatkan umur maksimum, namun akan memungkinkan lebih banyak orang mencapai batas usia tersebut.
Pendekatan kedua yang lebih radikal berupaya mengubah biologi proses penuaan. Mayr mengatakan penelitiannya juga mencakup peremajaan sel dan jaringan.
Meski masih dalam tahap awal, ia yakin bidang ini memiliki potensi besar untuk mendobrak batasan usia.
Di tengah kemajuan teknologi kedokteran, banyak bermunculan dokter yang menyatakan bahwa ‘rahasia umur panjang’ adalah melalui metode terapi seperti kompres dingin, kompres panas dan lain-lain.
Mayr memperingatkan bahwa klaim ini sering kali didasarkan pada data terbatas atau studi korelasional yang tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.
Sayangnya, di era media sosial, klaim hiperbolik sering kali lebih populer dibandingkan hasil yang diteliti dengan baik dan akurat.
Menurut Mayr, semua orang ingin hidup lebih lama dan lebih sehat, namun ilmu pengetahuan tidak bisa memastikannya.
“Ketika ditanya apakah seseorang bisa hidup sampai usia 300 tahun, satu-satunya jawaban adalah ‘Saya tidak tahu!'”