Konsumsi Gula Berlebih Menyebabkan Jerawat, Skincare Mahal pun Tak Mampu Membasminya
gospelangolano.com, Jakarta – Terlalu banyak mengonsumsi gula tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, tetapi juga dapat memperburuk kondisi kulit seperti menimbulkan jerawat dan tanda-tanda penuaan dini seperti garis-garis halus dan kulit kendur.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencatat konsumsi gula berlebihan juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
CDC merekomendasikan untuk membatasi asupan gula tambahan — tercantum pada label Fakta Gizi — menjadi sekitar 12 sendok teh per hari, sedangkan rata-rata konsumsi orang dewasa adalah 17 sendok teh per hari.
Menurut WebMD, sumber utama gula tambahan meliputi minuman manis, permen, makanan yang dipanggang, dan produk susu manis.
Berbeda dengan gula alami yang ditemukan dalam buah, buah juga menyediakan serat dan nutrisi penting lainnya yang berkontribusi terhadap hasil kesehatan yang lebih positif.
Menurut MedlinePlus, kulit adalah organ tubuh terbesar dan kualitasnya sangat dipengaruhi oleh apa yang kita konsumsi. Pun dengan jerawat yang muncul di wajah kita.
“Nutrisi memainkan peran penting dalam kesehatan kulit,” kata direktur laser dan dermatologi kosmetik di University of Texas Medical School di Austin Dell, Dr. S. Tyler Holmig.
Jika Anda merasa jerawat di wajah tidak kunjung hilang, namun justru bertambah banyak, cobalah untuk mengontrol kadar gula dalam tubuh. “Kadar gula yang tinggi dalam tubuh umumnya berhubungan dengan jerawat,” kata Holmig.
Sebuah studi Dermatologi JAMA terhadap hampir 25.000 orang dewasa menemukan bahwa mengonsumsi makanan berlemak dan bergula dikaitkan dengan peningkatan risiko jerawat sebesar 54 persen, sementara minuman manis meningkatkan risiko sebesar 18 persen.
Para penulis menunjukkan bahwa pola makan tinggi lemak dan gula konsisten dengan pola makan Barat modern.
Mungkin gula menyebabkan peningkatan insulin, yang meningkatkan peradangan, salah satu faktor yang mendukung berkembangnya jerawat.
Gula juga dapat meningkatkan faktor pertumbuhan tertentu yang meningkatkan kadar androgen, yaitu hormon yang terkait dengan produksi sebum dalam jumlah besar, atau minyak yang menyumbat pori-pori.
Terkait penuaan, gula memiliki efek berbeda pada kulit melalui proses yang disebut glikosilasi.
“Glikosilasi adalah proses dimana molekul gula melekat pada protein, lipid atau asam nukleat. Hasilnya disebut produk akhir glikasi lanjutan, yang dapat merusak serat kolagen dan elastin di kulit,” kata Holmig.
Glikasi mengganggu perbaikan kolagen, suatu proses penting untuk menjaga serat kolagen elastis, jelas penelitian di Klinik Dermatologi. Dampaknya adalah potensi percepatan penuaan kulit. Selain itu, glikosilasi dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas yang merusak kulit.
“Bagi seseorang dengan kadar gula tinggi, hal ini dapat meningkatkan garis-garis halus dan kerutan,” kata Holmig. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi kendur.
Mengutip dari Medical News Today, risiko utama mengonsumsi terlalu banyak gula dalam makanan adalah penambahan berat badan. Dalam kebanyakan kasus, makanan dan minuman manis mengandung kalori tinggi.
Terlalu banyak mengonsumsi produk-produk tersebut akan menyebabkan penambahan berat badan, karena tubuh biasanya lebih cepat mencerna produk-produk yang mengandung tambahan gula, sehingga tidak dapat menahan rasa lapar dalam waktu yang lama.
Hal ini dapat menyebabkan mengidam makanan dan asupan kalori total yang lebih tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gula dapat mempengaruhi jalur biologis yang mengatur rasa lapar.
Leptin merupakan hormon yang mengatur rasa lapar dengan menentukan berapa banyak energi yang dibutuhkan tubuh. Gangguan fungsi leptin dapat menyebabkan penambahan berat badan bahkan obesitas.