Kisah Pria Ponorogo Beri Mahar Beras Hasil Nanam Sendiri 50 Kg untuk Istrinya
gospelangolano.com, Jakarta – Kisah Arwan Sokip, 29 tahun, yang menikah secara tiba-tiba dengan istrinya. Bukan karena sesuatu yang tidak dapat dipahami, melainkan ia memberikan mahar kepada istrinya, Ikrama Zakia, 26 tahun, saat upacara pernikahan di lap date 29 Februari 2024.
Seorang pria asal Desa Banganrejo, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo menyumbangkan 50 kilogram beras sebagai mahar untuk istrinya. Selain beras, Arwan juga memberikan emas seberat 1,5 gram, seperangkat alat salat, sembako, dan uang mahar sebesar Rp 2,4 juta.
Ide pemberian mahar beras muncul di saat harga bahan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia melonjak hingga Rp 17.000 per kilogram di pasaran. Pernikahan tersebut dilangsungkan di kediaman mempelai wanita dan diresmikan oleh Kepala KUA Sawoo Ponorogo Meky Hassan Tachrudin.
Kepada tim gaya hidup gospelangolano.com, Minggu 3 Maret 2024, Irwan mengungkapkan, beras yang dijadikan mahar merupakan hasil panen tahun ini. Dialah yang menanam padi di sawah hingga dipanen.
Jadi 50 kg beras itu hasil yang saya tanam dan rawat sendiri. Hasil itu saya serahkan ke istri saya sebagai mahar, kata Irwan kepada tim gaya hidup gospelangolano.com, Minggu, 3 Maret 2024. Saat dihubungi.
Ia memilih beras sebagai salah satu maharnya karena melihat manfaat beras di tengah harganya yang mahal. Mahar beras disimpan dalam karung dan dibawa pada hari pernikahan. Kedua mempelai pun berfoto dengan mahar unik usai akad nikah.
Arwan dan istrinya diketahui saling kenal setelah bertemu di pesantren mereka. Mereka kemudian sepakat untuk menikah dan mulai merencanakannya setahun sebelumnya.
Dalam persiapan tersebut, ia juga membahas mahar yang diterima istrinya. Dia kemudian memberi tahu calon istrinya dan keluarganya tentang rencananya untuk memberikan beras. Diakuinya, pihak keluarga heboh mendengar Arwan menyertakan beras dalam mahar pernikahannya.
“Iya (istri) tahu karena mahar itu hak istri,” ujarnya. Istri Arwan, Ikrama, tidak mempermasalahkan mahar Arwan.
Kisahnya menyumbangkan beras menarik perhatian warga. Laporan itu menyebar ketika seorang reporter menanyakan hal itu kepadanya. Arwan mengaku tak menyangka mahar unik itu bakal dibicarakan di seluruh Indonesia.
Apa yang dia lakukan setelah memberikan mahar? Arwan menjelaskan, mahar tersebut akan dijadikan makanan sehari-hari. Jika istrinya mengizinkan, ia pun berencana membagikan beras tersebut kepada beberapa kerabatnya.
“Agar kita bisa merasakan keberkahan mahar,” pikir Arvan.
Kini Arwan dan Ikrama sedang menikmati hari-hari pertama pernikahannya. Dia mengatakan mereka berdua berusaha menjadi lebih baik di awal babak baru ini. Sejauh ini keduanya belum memastikan di mana mereka akan menetap. Apalagi, setelah keluar dari pesantren, ia dan istrinya tidak memiliki pekerjaan tetap.
Dikutip dari islam.nu.or.id, Senin 4 Maret 2024 Mahar atau sering juga disebut mahar dalam bahasa Indonesia merupakan sebuah hadiah wajib yang diberikan seorang suami kepada calon istrinya untuk menunjukkan keikhlasan dalam berumah tangga. Tidak ada nilai minimal dan maksimal mahar.
Kalau hanya itu yang bisa dijadikan alat tukar, baik barang maupun jasa, boleh saja. Namun mahar minimal 10 dirham dan lebih dari 500 dirham diperkirakan 2.975 gram perak.
Oleh karena itu, dapat dikatakan tidak ada ketentuan wajib mengenai nominal maupun bentuk mahar. Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda bahwa cincin besi pun bisa menjadi mahar yang sah. Hal ini menunjukkan bahwa mahar bukanlah tujuan utama perkawinan dan standar nominalnya dapat disesuaikan dengan keadaan masing-masing individu.
Menjelang Ramadhan, Pasar Induk Sepinang Jakarta dipenuhi beras. Ketua Gabungan Pengusaha Padi dan Penggilingan Padi (Parpadi) DKI Jakarta Nils Sukedi mengatakan hingga Senin, 4 Maret 2024, stok beras di Sepinang sebanyak 32.000 ton.
Selain saham, Niles mengatakan harga beras di pasar induk anjlok hingga Rp 2.000 per kilogram dalam dua pekan terakhir. “Hari ini turun menjadi Rp 200,” kata Nels kepada wartawan.
Saat ini, lanjutnya, harga beras medium di pasar induk Rp 12.300 per kilogram. Sedangkan beras premium dihargai Rp 14.000 per kg. “Saya harap masyarakat tidak marah lagi,” kata Nellis.
Dia mengatakan, harga beras turun karena panen raya akan terjadi pada Maret tahun ini. Namun, ia berharap harga gabah basah tidak turun seiring datangnya panen raya. Ia mengatakan, para petani tidak boleh menyerah.
Saat ini harga gabah basah di Pulau Jawa Rp 6.500. Pengusaha sekaligus petani asal Serigan, Hero Satrianto alias Bibak, mengatakan jika harga gabah Rp 6.800, maka petani mendapat untung. “Untungnya jumlahnya tidak banyak,” kata Bebek.
Ia mengatakan, biaya produksi budidaya padi meningkat pesat pada tahun ini. Katanya pupuk itu mahal, mahal juga biayanya ke petani. “Jadi petani harus mendapat untung.”