Kisah Pemilik Kebun Kurma yang Menolak Surga, Siapakah Itu?

Read Time:3 Minute, 25 Second

gospelangolano.com Education – Ada kisah menarik penuh hikmah di balik turunnya wahyu Surat Al-Lail ayat 5-11. Bagaimana ceritanya?

Jalaluddin As-Suyuti mengatakan dalam kitabnya “Al-Itqan fi Ulumil Qur’an” bahwa para ulama berbeda pendapat tentang tempat diturunkannya surat “Al-Layl”. Sebagian ulama mengatakan bahwa surat ini diturunkan ke Makkah sebelum Nabi hijrah.

Sebagian ulama lain mengatakan bahwa di beberapa ayat terdapat riwayat bahwa pohon kurma itu Asbabun-nuzul, karena Surat Al-Lail termasuk dalam Madaniyyah. Di bawah ini kisah yang dikutip dari buku Ahmed Yasin Ibrahim “Meraih Rejeki Tak Terduga”. Kisah pemilik palem yang pelit

Pada suatu ketika, ada seorang lelaki miskin sedang berjalan di sebuah hutan palem di kota Madinah. Seorang pria diketahui merasa lapar ketika tidak mempunyai barang atau bahkan makanan terkecil sekalipun untuk dimakan.

Kemudian dia menemukan sebatang pohon palem yang subur dan penuh buah. Begitu tebal hingga telapak tangannya hampir menjuntai ke tanah. Melihat hal tersebut, dia tidak bisa menghentikan rasa laparnya. Dia mengambil kurma untuk dimakan.

Apa yang dia lakukan mungkin diketahui oleh tukang kebun. Kemudian sang majikan menegur orang malang itu dengan kata-kata yang menyakitkan. Kemudian dia berkata: “Aku akan membawamu dan melaporkan perbuatanmu kepada Rasulullah. Sesungguhnya tanganmu akan dipotong karena mencuri!”

Ketika orang malang itu mengikuti tukang kebun yang membawanya menemui Rasul, dia berkata: “Benarkah tanganku akan dipotong hanya karena pohon palem yang kupetik?”

Ketika dia mendatangi Nabi (saw), pemilik taman berkata kepadanya: “Ya Rasulullah, potong tangan orang ini! Dia telah mencuri dari kebunku.”

Nabi (saw) berkata kepada orang miskin itu: “Saudaraku, apa yang kamu curi?”

“Maafkan aku wahai Rasulullah! Aku mencuri kurma dari kebun tuan ini karena aku lapar. Aku melakukan kesalahan.” kata pria itu.

Ketika Nabi (SAW) mendengar perkataannya, dia berkata kepada tukang kebun: “Mengapa kamu tidak memberinya kurma? Kamu akan mendapat kebaikan dan pahala yang banyak.”

Pemilik kebun menjawab: “Tidak wahai Rasulullah, aku tidak mau mengeluarkan uang sedikit pun untuk itu. Orang ini harus menjalani hukumannya. Jika dibiarkan, suatu saat dia akan terbiasa dengan hal itu.” .”

“Apakah kamu ingin aku beritahu pahala yang lebih besar? Kamu kurbankan kurma padat itu dan sebagai pahalanya nanti Allah SWT akan memberimu surga.” kata Nabi s.a.w.

Sebagaimana sabda Nabi SAW, pemilik taman itu memikirkan pahala surga baginya. Lalu beliau berkata: “Benarkah telapak tangan itu seperti langit? Aku tidak beriman wahai Rasulullah, aku tidak menginginkannya.”

Ketika Nabi mendengar pemilik taman itu, ia terheran-heran, tak terbayang keserakahan salah satu kaumnya.

Kemudian datanglah seorang laki-laki kepada Rasul yang mendengar percakapan antara tukang kebun dan orang miskin itu. Laki-laki itu berkata, “Wahai tukang kebun! Jika kamu tidak mau menerima tawaran surga dari Rasulullah, mengapa kamu tidak menjual kepadaku pohon palem yang penuh buah saja?”

Tukang kebun itu menjawab, “Saya tidak akan menjual dengan harga murah, Saudara.”

– Berapa lama kamu menginginkan pohon itu? jawab pria itu.

“Aku akan menukar kurmaku dengan 40 kurma. Maukah kamu membelinya?” kata tukang kebun.

Ketika laki-laki itu mendengar harganya yang selangit, ia berpikir bahwa surga yang didapatnya kelak tidak sebanding dengan barang-barang mahal di dunia ini. Kemudian dia menjawab, “Baiklah, aku akan membeli pohon palemmu yang lebat itu dengan 40 pohon palem yang aku punya.” Pohon palem yang penuh buah-buahan dijual, dan tukang kebun mendapat untung darinya. Karena sifatnya yang kikir, ia menyia-nyiakan surga seperti yang disabdakan Rasulullah SAW.

Peristiwa ini dijelaskan sebagai alasan turunnya ayat 5-11 Surat “Layl”.

Latin: Fa amma man a’ṭā wattaqa. Dan amal. Fa sanuassiruhu lil-yusra. Wa amma man bakhila wastagna. Dan kazzaba bil-husna. Fa sanuassiruhu lil-usra. Wa ma yugni anhu maluhu iza taradda.

Artinya : Barangsiapa yang menafkahkan (hartanya di jalan Allah), maka ia bertakwa dan menegaskan bahwa itu (pahala) (Jannah) yang terbaik, Kami akan jelaskan kepadanya jalan kemudahan (kebahagiaan). Adapun orang yang kikir dan menganggap dirinya berkecukupan (tidak memerlukan pertolongan Allah) dan mengingkari yang terbaik (pahala), Kami akan mudahkan dia menempuh jalan kemalangan. Jika dia binasa, kekayaannya tidak berguna baginya. Laporan ke KPK itu bermuatan politis, menurut Khofifah, yang angkat bicara setelah mantan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mendapat informasi ke KPK pada 2015 soal dugaan korupsi program pemeriksaan dan verifikasi masyarakat miskin. gospelangolano.com.co. id 7 Juni 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Profil Timnas Skotlandia, Misi Akhiri Catatan Buruk di Fase Grup Piala Eropa
Next post Planet Aneh ‘Phoenix’ Ditemukan dengan Teleskop TESS NASA