Kinerja Manufaktur Indonesia Positif, Tepis Adanya Deindustrialisasi
JAKARTA – Industri manufaktur menunjukkan hasil positif dalam meningkatkan perekonomian nasional. Kami berharap indikator-indikator positif ini akan menjadi pendorong penting untuk menarik lebih banyak investasi asing yang berorientasi ekspor.
Situasi ini juga bertentangan dengan pendapat banyak pihak yang berpendapat bahwa Indonesia sedang dalam proses deindustrialisasi. Indonesia tidak berada dalam fase deindustrialisasi, kata Kiki Veriko, ekonom Lembaga Ilmu Ekonomi dan Sosial Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (LPEM FEB).
“Industrialisasi dialami di negara-negara yang sudah mencapai tingkat produksi tinggi, kemudian menurun dan digantikan oleh negara-negara lain yang baru mulai berproduksi. Industri hingga sektor jasa,” ujarnya, Kamis (28/3/2024).
Kiki mengatakan, kementerian lain harus mendukung inisiatif Kementerian Perindustrian (Kimnparin) untuk memperkuat sektor manufaktur ke depan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor Indonesia dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Jadi bagaimana kita menarik investasi masuk dan kemudian meningkatkan ekspor. Nah, di sini kebijakan bersama Kementerian Perdagangan dan Investasi (BKPM) harus dikaitkan dengan mendukung kebijakan industri, meski perdagangan dan investasi tidak membantu , ”jelasnya.
Sektor manufaktur merupakan penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Selama tahun 2023, industri manufaktur akan mencatatkan angka yang mengesankan dan berkontribusi terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Hal ini terlihat dari Indeks Cepat Manufaktur (PMI) Bank Indonesia yang mencapai 51,20% pada triwulan IV tahun 2023 atau masih berada pada zona ekspansi.
Angka tersebut sejalan dengan data yang dirilis S&P Global yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur berada pada laju ekspansi di atas 50 derajat selama 30 bulan berturut-turut. Prestasi tersebut hanya dicapai oleh dua negara, yaitu Indonesia dan India.
Menurut Kiki, sektor manufaktur masih memimpin PDB Indonesia, yaitu sebesar 19 persen pada tahun 2023. Sektor manufaktur masih menjadi penyumbang lapangan kerja terbesar, yaitu sebesar 16% dari total angkatan kerja Indonesia. .
“Manufaktur itu sekitar 40 persen dari kegiatan formal, atau orang yang bekerja dengan gaji tetap. Di Indonesia, kegiatan formal itu hanya 40 persen. Jadi, manufaktur itu 40 persen dari 40 persen itu. Makanya jauh lebih baik,” jelasnya.
Sektor manufaktur juga merupakan pembayar pajak terbesar di Indonesia. Artinya manufaktur sangat penting bagi perekonomian Indonesia, karena nilai tambah terbesar, penyerapan tenaga kerja juga terbesar, kegiatan formal yang memberikan upah tetap juga terbesar, sehingga penerimaan pajak juga tertinggi dari manufaktur, jelasnya. .