Kesejahteraan Guru Memprihatinkan Akibat Sistem Morat-marit
JAKARTA – Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Obeid Matraji mengatakan kesejahteraan guru di Indonesia masih menjadi perhatian serius. Salah satu penyebabnya adalah sistem pemerintahan yang kotor atau kotor.
Tata kelola guru harusnya ada sistem, biar jelas kualitas dan kesejahteraannya, tidak seperti sekarang, sistem ini kotor dan berbeda, akibatnya kualitas guru kita menurun, kesejahteraannya juga sangat memprihatinkan. ungkapnya, Selasa (5/11/2024).
Ia mengatakan, perbedaan status guru menjadi penyebab ketimpangan kesejahteraan guru. Misalnya saja, ada guru yang berstatus honorer, PPPK, bahkan PNS.
Saat ini ada perbedaan antara guru kita, ada guru sekolah dan guru seminari. Terdapat ketimpangan dalam hal kualitas dan kesejahteraan. Belum lagi ada guru honorer, PPK, PNS. Hal ini membuatnya lebih rumit. , katanya.
Ia mendorong pihak lembaga untuk menyempurnakan terlebih dahulu sistem yang memudahkan pengelolaan guru. “Jika sistemnya tidak diperbaiki, permasalahannya pasti akan bertambah. Misalnya, apakah gaji guru harus dinaikkan sebesar 2 juta euro? Apakah mereka semua guru atau hanya guru sekolah saja? Bukankah itu masalah lain? katanya.
Obeid mengatakan, anggaran pendidikan bukanlah masalah besar di Indonesia. Sebab, anggaran pendidikan di Indonesia masih sangat tinggi. Hanya alokasi anggaran pendidikan yang masih menjadi kendala.
Menurut statistik GPI, setiap tahun anggaran pendidikan tidak dibelanjakan dengan baik. Pada tahun 2023 ditemukan Rp 111 triliun yang tidak terserap.
“Ini bukan soal anggaran, kita punya anggaran besar untuk pendidikan, tapi sayangnya alokasinya salah, jadi perlu kemauan politik,” kata Obaid.