Kejang pada Anak: Kenali Gejala, Penyebab dan Tindakan saat Kejang
gospelangolano.com, Jakarta – Dokter spesialis anak subspesialis neurologi, dr. Arie Sulistyowati, M.Si., Sp. A, Subsp. Neuro RS Pondok Indah mengatakan, penyebab kejang pada anak ada beberapa, yang paling umum adalah demam.
“Kejang demam merupakan yang paling umum terjadi, namun ada pula kejang akibat epilepsi atau kejang akibat infeksi sistem saraf pusat atau gangguan sistem saraf pusat lainnya,” kata Arie saat diwawancarai Media Virtual, Jumat, 26 Juli 2024.
Suhu tubuh yang berisiko demam sangat bervariasi tergantung sensitivitas anak, namun Arie mengatakan biasanya terjadi pada suhu tinggi di atas 39°C.
“Untuk kejang demam, risiko suhu tubuh berbeda-beda tergantung sensitivitas masing-masing anak. Secara umum, suhu di atas 39°C meningkatkan risiko demam,” ujarnya.
Arie menjelaskan, penyebab perbedaan tersebut adalah kejang fisiologis disebabkan oleh aktivitas listrik otak yang berlebihan, dan setiap anak memiliki ambang batas aktivitas listrik yang berbeda.
“Beberapa anak mungkin mengalami kejang pada suhu 39°C karena aktivitas listriknya melebihi ambang batas tersebut, sementara anak lain mungkin tidak mengalami kejang meskipun suhu tubuhnya mencapai 40°C jika aktivitas listriknya tetap di bawah ambang batas tersebut. “Arusnya berbeda-beda pada setiap anak,” jelas Arie.
Jika suhu tubuh anak mencapai 100°F (38°C) dan mereka mengalami kejang, Arie mengatakan itu biasanya merupakan tanda peringatan. Maka Arie mengingatkan para orang tua untuk selalu mengukur suhu anak saat demam.
“Jika pasien demam, mohon diukur suhunya saat demam, karena dokter anak memerlukan informasi suhu yang akurat, jangan hanya menyentuh dahi dan mengatakan demam, ini akan sangat mempengaruhi terapi selanjutnya.”
Saat anak mengalami kejang, orangtua seringkali panik dan kebingungan. Arie berbagi langkah tepat yang harus dilakukan saat anak mengalami kejang.
“Sebenarnya yang benar jika misalnya anak kejang adalah dengan meletakkannya di tempat yang nyaman dan aman. Maka langkah pertama bagi anak yang mengalami kejang adalah dengan memiringkan anak ke samping atau ke samping. kanan atau kiri,” kata Aire.
Jika bayi sudah dalam posisi miring, Arie mengatakan akan membiarkannya dalam posisi itu tanpa mengubahnya.
“Saat bayi dalam posisi dekat tidak perlu berbuat apa-apa, kalau mau melonggarkan bajunya baguslah, seperti ada peniti yang khawatir lengket, tapi yang penting kamu bayi dalam posisi tengkurap,” kata Arie.
Jika anak berbusa atau ngiler, posisi menyamping juga akan menjamin keamanan tanpa memasukkan jari, sendok, atau benda lain ke dalam mulut anak.
“Sering dikatakan anak berbusa atau berputar-putar, kalau dimiringkan aman, tidak perlu memasukkan jari, sendok atau sejenisnya. Kalau sudah ada obat anti kejang yang bisa dimasukkan melalui bokong. , bisa saja,” imbuhnya.
“Jadi, apapun penyebab kejangnya, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat lingkungan aman, miringkan anak, beri dia obat antikonvulsan yang disuntikkan melalui bokong.”
Arie mengatakan, ada tiga fase kejang, yaitu pre-ictal (sebelum), ictal (saat kejang), post-ictal (setelah kejang).
“Orang tua sering mengatakan bahwa mata anaknya mula-mula menoleh ke kiri, ke kanan, atau ke atas, lalu tangannya tiba-tiba kaku dan masuk ke fase iktal,” jelas Arie.
Dikutip dari situs yankes.kemkes.go.id, diketahui kejang umumnya berupa kejang-kejang, yaitu ketika seluruh tubuh (lengan/kaki) digerakkan maka mata memutar ke atas. Kejang juga bisa terjadi hanya pada satu sisi tubuh saja.
Ada kejang yang membuat tubuh anak bergetar tak terkendali, namun ada juga yang menyebabkan ia bermimpi dan melihat ke angkasa. Dalam kasus yang parah, kejang bisa menyebabkan ketidaksadaran.
“Yah, terkadang beberapa anak bisa menentukan keadaan praiktal, tapi kebanyakan anak kecil tidak bisa. Untuk masa pascaiktal, Anda bisa melihat apakah keadaan anak dalam keadaan sadar atau ada penurunan kesadaran.”
Memasukkan tangan dan sendok saat anak kejang dan memberikan kopi untuk mencegah anak kejang merupakan mitos yang membuat pengobatan kejang pada anak tidak tepat.
“Mitos yang paling umum dalam praktik adalah kejang ditangani dengan buruk, termasuk tangan dan sendok, sehingga khawatir lidah tergigit,” kata Arie.
Arie menjelaskan, jika anak dibaringkan miring, kemungkinan lidah tergigit jauh lebih kecil dibandingkan risiko tersedak atau risiko cedera tangan.
“Jadi sebenarnya ada beberapa mitos yang menjadi kesalahan dalam penanganan anak saat kejang. Diantaranya ada yang mengatakan bahwa kopi untuk anak bisa mencegah kejang, itu juga tidak benar,” tegas Arie.
Arie menegaskan, saat kejang, jangan memasukkan apa pun ke dalam mulut anak karena berisiko dan membahayakan.
“Kalau mereka diberi kopi, sebenarnya berbahaya. Jadi intinya, kalau anak kejang, jangan masukkan apa pun ke dalam mulutnya, itu berbahaya. Bahayanya adalah aspirasi, kalau aspirasi ada risiko pernapasan Anda akan terganggu dan anak akan mengalami cita-cita biru dan akan terjadi komplikasi lebih lanjut.”
Makanya obat yang diberikan diambil dari pantat, walaupun ada obat minum, sirup dan tablet, kita tidak berikan lewat mulut, tapi kalau anak kejang kita berikan di pantat.