Kabinet Gemoy, Resiko Korupsi Pemerintahan Prabowo Lebih Besar
gospelangolano.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto melontarkan pernyataan berani dengan membentuk “Kabinet Merah Putih” yang anggotanya lebih banyak dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Keputusan ini diambil dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia yang dinilai kurang dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut salah satu ekonom Lembaga Aksi Strategis dan Ekonomi Indonesia (ISEAI) Ronny P. Sasmita, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5% setiap tahunnya dalam sepuluh tahun terakhir. Ia menjelaskan, angka pertumbuhan tersebut tidak cukup untuk menghadapi tantangan dunia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk mengatasi keterpurukan ekonomi 10 tahun terakhir, kita memerlukan pendekatan dan komitmen yang lebih baik dari sebelumnya,” ujarnya dalam diskusi gospelangolano.com dengan topik Cegah Bocornya Kesenjangan Keuangan Negara, Rabu (23/10/2024).
Pembentukan kabinet besar diharapkan dapat membawa angin segar dan mempercepat pemulihan perekonomian melalui peningkatan pelayanan pemerintah. Namun, langkah ini juga menimbulkan beberapa kekhawatiran. Ronny mengatakan, rencana tersebut bersifat eksperimental sehingga bisa saja terjadi kendala jika tidak berjalan sesuai harapan.
Ronny menjelaskan, “Salah satu bahaya dari lemari besar adalah potensi data dibobol dan dicuri.”
Ia menegaskan, seiring bertambahnya jumlah perusahaan, tantangannya adalah memantau dan mengendalikan aktivitasnya. Perencanaan yang buruk dapat membuka peluang terjadinya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Selain itu, dengan bertambahnya jumlah pengguna dan data yang harus dikelola, risiko kehilangan informasi penting pun meningkat.
Ia juga mencontohkan, “Menyiapkan kabinet yang besar adalah ide yang bagus, namun jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan menimbulkan masalah baru”.
Ronny mengingatkan, harus ada sistem yang harus diawasi pemerintah agar perubahan ini tidak mundur dari pemerintah.
Ia juga mengingatkan, kabinet yang besar memerlukan pengelolaan yang baik dan transparan. Jika tidak, langkah tersebut tidak akan memperbaiki perekonomian, namun juga dapat menambah beban negara.
“Semakin banyak pimpinan perusahaan, semakin besar peluang terjadinya korupsi,” kata Ronny.
Pada akhirnya, masyarakat harus menunggu bagaimana kinerja perusahaan baru ini dan apakah keputusan ini akan membawa perubahan besar bagi perekonomian Indonesia atau menambah permasalahan baru.