Kabar Buruk, Bos Bulog Sebut Harga Beras Sulit Turun

Read Time:2 Minute, 23 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Manajer Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menjelaskan, harga beras mengalami kenaikan dalam beberapa bulan terakhir. Ada berbagai alasan mengapa harga beras naik. Penyebab utamanya adalah tertundanya musim tanam akibat memburuknya kondisi cuaca El Niño. 

Bayu menambahkan, kenaikan harga beras ini juga akan berdampak pada masa depan. Harga beras diperkirakan akan tetap stabil dan diperkirakan tidak akan turun seperti harga sebelumnya.

“Harga beras tidak serendah perkiraan sebelumnya dan kemungkinan besar masih stabil,” tulis Bayu, Selasa (19 Maret 2024). dikatakan.

Sulitnya harga beras turun lagi karena pengaruh berbagai faktor seperti biaya produksi seperti biaya tenaga kerja petani, sewa lahan, pupuk, dan harga benih. Ketika biaya produksi petani meningkat, harga gabah yang dijual pun ikut berubah. Dengan begitu, harga beras tidak akan turun serendah dulu.

Secara terpisah, upah pekerja tidak berdokumen mulai meningkat dan biaya hidup juga meningkat. “Sekitar 50% biaya untuk memproduksi sawah atau memproduksi padi adalah tenaga kerja, sewa tanah juga sama, terjadi konversi lahan, dan tentu saja lahan semakin berkurang, dan semakin sedikit lahan maka sewa lahan semakin mahal, jadi biayanya naik, dan pupuknya juga “Akan meningkat.”

Namun Bayu belum bisa memastikan harga dan harga eceran tertinggi (HET) beras tersebut. Menurut dia, Bulog mengharapkan kepastian harga dari kementerian/lembaga terkait.

“Tapi berapa kenaikannya, kita tunggu sampai pihak berwenang yaitu Badan Pangan Nasional dan Departemen Pertanian (BPS) mengumumkannya,” kata Bayu.

 

Sebelumnya, Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan pemerintah akan mengimpor 22.500 ton beras dari Kamboja.

Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan stok beras dan produksi dalam negeri menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445H.

“Kami mengutamakan produksi dalam negeri, dan saat ini hanya Bulog jika ada yang bersumber dari luar negeri. 22.500 (ton) diproduksi di Kamboja,” kata Antara, Senin (18 Maret 2024).

Menurut Arief, Bapanas sedang mempersiapkan panen padi pada Maret-April 2024 untuk mendukung ketersediaan stok beras.

Ia mengaku optimis penyesuaian harga gabah menjadi Rp 6.700 per kilogram akan berdampak pada penurunan harga beras asalkan produksi sesuai rencana.

Arief juga yakin pemerintah bisa memenuhi kebutuhan beras masyarakat jelang lebaran, termasuk dukungan kepada keluarga penerima manfaat (KPM).

“Ke lingkungan kami yang KPMnya paling rendah yaitu 22 juta KPM, tahun lalu kami berikan 10 kg beras gratis selama 7 bulan, tapi sekarang 6 bulan.” “Sembilan puluh delapan persen orang di desil teratas telah tercakup,” katanya.

 

Ia mengatakan melalui intervensi tersebut, pemerintah secara tidak langsung memenuhi kebutuhan 8% total penduduk Indonesia dengan menyediakan 10kg beras untuk 22 juta KPM.

“Tiga sampai empat orang bisa tinggal dalam satu rumah. Seperti itulah (yang diharapkan). “Kemudian gerakan pangan murah, Menteri Dalam Negeri Tito (Carnavian) dan seluruh pemerintah daerah melakukan hal ini,” ujarnya.

Arief juga memastikan stok beras Bulog akan terus dipantau untuk memastikan tetap di angka 1,2 juta ton pada Juni 2024.

“Hari ini tinggal tiga bulan lagi hingga Juni. Kita perlu terorganisir. Yang jelas persediaan Bulog harus tetap 1,2 juta (ton), ujarnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Dalam Posisi Terbaik karena Pendapatan Melejit
Next post BEI Belum Kantongi BUMN di Pipeline IPO hingga 15 Februari 2024