Jaga Kinerja Positif, Perusahaan Dituntut Jalin Kolaborasi
Jakarta – Transformasi digital dapat berdampak pada seluruh aspek bisnis, karena diyakini akan menciptakan peluang baru bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas hubungan pelanggan, efisiensi operasional, dan menciptakan model bisnis baru. Transformasi digital saat ini menjadi prioritas bagi para eksekutif tingkat C, termasuk Chief Financial Officer (CFO). Seiring dengan transformasi bisnis perusahaan, sudah waktunya bagi CFO untuk memanfaatkan digitalisasi dan menjadi bagian dari fungsi keuangan, sehingga memungkinkan CFO untuk mendorong efisiensi dan beradaptasi dengan kebutuhan bisnis saat mereka mentransformasikan fungsi keuangan. Pembaruan strategi dan model bisnis. Selain itu, CFO dan timnya memainkan peran yang semakin penting sebagai “direktur” bisnis. Mereka perlu menemukan cara untuk mengintegrasikan teknologi digital ke dalam fungsi keuangan untuk mendukung arah bisnis jangka panjang. CFO mempunyai peran yang sangat strategis, tanggung jawabnya sebagai manajer keuangan perusahaan dan penggerak keberlanjutan yang berharga, tanggung jawab untuk menjaga dukungan proses bisnis internal dan eksternal agar dapat tumbuh dan berkelanjutan. Selain itu, perusahaan harus bekerja sama dengan perusahaan lain untuk mempertahankan kinerja positif. Hal inilah yang dilakukan BRI Life untuk menunjang bisnisnya: “Kami terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Kami juga menekankan ‘kepercayaan’ dari budaya ‘etika’ sebagai landasan utama,” kata Plt. Berdasarkan angka kinerja Direktur Utama BRI Life I Dewa Gede Agung, BRI Life berhasil mencatatkan peningkatan laba bersih sebesar 55,5 persen dari Rp344,2 miliar pada tahun 2022 menjadi Rp535,2 miliar pada tahun 2023. Satu triliun. Dalam hal ini, Raktia Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Direktur TBK Hanayani menghimbau untuk terus melanjutkan kerjasama dengan grup yang sama dan perusahaan lain untuk memperbaiki praktik, kita berhenti memperbaiki diri untuk mencapai kinerja yang lebih baik. Penelitian menunjukkan bahwa 46 persen perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan dalam mencari karyawan potensial, hal ini menjelaskan bahwa kesulitan tersebut disebabkan oleh kesenjangan berbagai kriteria yang dibutuhkan pengusaha dalam angkatan kerja yang tersedia. gospelangolano.com.co.id 24 Agustus 2024