Ilmuwan Pastikan Gelombang Ombak Raksasa Bisa Lebih Sering Terjadi
LONDON – Para ilmuwan menggunakan pencitraan laut 3D untuk menangkap turbulensi laut yang menghasilkan fenomena populer yang dikenal sebagai gelombang kasar. Hasilnya dipublikasikan di Physical Review Letters.
Gelombang buruk adalah raksasa laut – dua kali lebih tinggi dari gelombang di sekitarnya – yang muncul secara acak. Cerita tentang tembok besar air setinggi bangunan sepuluh lantai telah menjadi bagian dari cerita rakyat dan kelautan selama berabad-abad.
Seperti dilansir Live Science, teknologi modern telah memungkinkan para ilmuwan mengamati gelombang negatif di lautan, sehingga mengubah mitos tersebut menjadi kenyataan. Pengukuran pertama dan paling terkenal adalah gelombang Draupner dengan ketinggian 25,6 meter yang tercatat di Laut Utara pada tanggal 1 Januari 1995.
Terlepas dari pengamatan ini, kita masih belum mengetahui seberapa sering gelombang negatif terjadi, atau apakah kita dapat memprediksinya. Data gelombang kasar tidak mencakup ciri khas yang membedakannya dari lautan di sekitarnya, sehingga sulit untuk membandingkan atau memprediksi kondisi yang diperlukan untuk terjadinya gelombang tersebut.
Tim peneliti melakukan perjalanan dengan kapal pemecah es Afrika Selatan S.A. Agulhas-II untuk melacak gelombang buruk di Samudra Selatan, tempat angin kencang menghasilkan gelombang terkuat di Bumi.
Hasil ini masih dalam tahap awal dan masih banyak yang harus dipelajari mengenai sinyal negatif. Namun, penelitian ini merupakan langkah maju yang penting dalam memahami salah satu fenomena alam yang paling kuat dan misterius.