BKKBN: Selain Logika, Mengatasi Konflik Keluarga Perlu Melibatkan Perasaan
gospelangolano.com, Jakarta Menyelesaikan konflik keluarga hanya dengan logika adalah hal yang penting. Namun, jika hanya melibatkan logika tanpa perasaan, justru bisa membuat segalanya menjadi sulit dan kacau.
“Konflik rumah tangga kalau diselesaikan dengan logika saja susah, akibatnya pasti kacau, tapi harus diselesaikan juga secara emosional,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Bergegas. Vardoio.
Hasto menyampaikan hal tersebut setelah banyak kasus anak-anak yang menjadi Broken Home (keluarga yang berantakan) setelah orang tuanya bercerai. Anak-anak dengan kondisi yang sama saling berbagi perasaannya tanpa ayah atau ibunya mengetahui apa yang mereka rasakan.
“Di antara keluarga-keluarga yang bercerai itu, ternyata anak-anaknya membentuk kelompok b-house atau rumah rusak yang tidak diketahui orang tuanya.” Mereka saling berbagi perasaan, meski terkesan tenang, (keadaan mentalnya) cukup mengkhawatirkan,” kata Hasto.
Hasto berpendapat, mental anak yang merasa ditinggalkan orang tuanya sangat berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga harmonis. Lalu, kebanyakan orang tua yang bercerai berawal dari kurangnya kemampuan berkomunikasi dan menyelesaikan masalah kecil.
Padahal, keluargalah yang akan membentuk karakter anak di kemudian hari. Termasuk kekuatan dan kelemahan mental anak.
“Dari keluarga inilah akan lahir anak-anak yang baik dan tidak lemah, lemah bukan hanya secara ekonomi tetapi juga mental, lemah iman, lemah tingkah laku. Banyak orang tua yang bercerai lebih awal, kalau kita lihat 70 persen penyebabnya adalah masalah kecil yang tidak mereka mengerti,” kata Hasto.
Hasto juga meminta, sebelum orang tua membicarakan anak, mereka harus menyampaikan perasaan suami istri.
“Orang tua juga harus belajar berkomunikasi satu sama lain. Sebagai kepala rumah tangga, suami harus lebih dewasa, bisa mengendalikan emosi, dan istri harus bisa pengertian,” ujarnya.
Ia mengatakan, sejalan dengan visi BKKBN untuk mewujudkan keluarga berkualitas, kuncinya ada pada orang tua.
“Salah satu visi BKKBN adalah mewujudkan keluarga berkualitas yang kuncinya adalah orang tua yang hebat,” kata Hasto Vardojo.