BI Ungkap Upaya Jaga Stabilitas Rupiah di Tengah Ancaman Perang
gospelangolano.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mengambil sejumlah langkah penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah pasca libur Idul Fitri dan di tengah meningkatnya konflik di Timur Tengah dan tingginya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. . Amerika Serikat (AS).
“Saat libur lebaran, pasar non-deliverable (NDF) IDR dalam negeri juga naik di atas Rp16.000 atau sekitar Rp16.100, sehingga rupee dibuka di sekitar angka tersebut,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Eddie Susianto itu Untuk Antara di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Upaya yang dilakukan BI untuk menstabilkan nilai tukar rupee adalah dengan menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran mata uang asing (valas) di pasar melalui triple intervensi, khususnya spot dan domestic non-delivery forward (dalam DNDF).
BI juga meningkatkan nilai aset rupiah untuk mendorong masuknya modal asing, seperti nilai Surat Berharga Bank Indonesia Rupiah (SRBI) dan biaya lindung nilai.
BI kemudian akan berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pemangku kepentingan utama, seperti pemerintah, Pertamina, dan lainnya.
Eddy mengatakan terdapat perkembangan global selama libur lebaran dimana rilis data dasar Amerika menunjukkan perekonomian Amerika masih sangat kuat seperti inflasi dan penjualan ritel yang melebihi ekspektasi pasar.
Selain itu, memanasnya konflik di Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel, juga berdampak pada perubahan nilai tukar rupee.
Perkembangan tersebut memicu semakin kuatnya sentimen risk-off di pasar, sehingga mata uang emerging market, khususnya Asia, melemah terhadap dolar AS.
Indeks dolar AS menguat signifikan menjelang libur lebaran, naik dari 104 menjadi 106 hingga mencapai 106,3 pada Selasa pagi (16/4/2024).
Untuk itu, BI akan terus memantau perkembangan global dan domestik serta proaktif mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupee.