Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali

0 0
Read Time:3 Minute, 39 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Bali kembali menjadi sorotan karena diyakini mengalami overtourist. Media asing, termasuk Chanel News Asia, bahkan menyoroti secara khusus kondisi pariwisata di Pulau Dewata dengan menerbitkan artikel bertajuk “Bali yang dulu tidak begitu? Inilah yang telah dilakukan oleh pariwisata berlebihan terhadap pulau itu”, selama beberapa waktu sekarang. 

Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Tsok Bagus Pemayun menyatakan, kesan overtourism yang terjadi di Bali kemungkinan besar disebabkan oleh belum meratanya sebaran wisatawan mancanegara. Diakuinya, pihaknya telah menyiapkan travel itinerary bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke Pulau Jawa tetangganya. 

“Mungkin karena di selatan Bali ada konsentrasi wisman (wisman),” ujarnya kepada The Weekly Brief bersama Sandi Uno, Senin, 29 April 2024 secara hybrid. Bali bagian selatan seperti Denpasar, Tabanan, dan Badung sudah lama menjadi tujuan wisata wisatawan mancanegara karena memiliki pantai yang populer dan banyak atraksi unik.

Tiok mengatakan, selain model perjalanan, Dinas Pariwisata Bali juga melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur di beberapa kawasan wisata di utara, barat, dan timur Bali. Ia juga berfungsi untuk mendukung infrastruktur pariwisata seperti jalan.

“Kami di Pura Besaki sudah memperbaiki arah dan akses. Kami juga bekerja sama dengan Paramount di Bali Barat, khususnya di Jembran,” kata Tiok.

Selain Jembrana, beberapa kawasan lain juga sedang diperbaiki dan diperluas aksesnya. Misalnya saja pembangunan Menara Suriapada di Bali utara, jalan tol menuju Singaraja yang hampir selesai, serta jalan tol dari Bali bagian barat menuju Mengwi yang sedang dalam tahap pembangunan.

“Kami berharap dengan menciptakan dan meningkatkan daya tarik wisata, overtourism dapat diminimalisir,” kata Tiok.

 

Meski begitu, pakar pariwisata dan ekonomi kreatif terkemuka Adyatama Niya Niskaya berpendapat berbeda. Ia berpendapat, tidak mungkin Bali akan dikunjungi wisatawan secara berlebihan karena terlalu banyak pengunjung.

“Kita lihat jumlah wisman yang berkunjung ke Indonesia tahun 2019 sebanyak 16,11 juta orang, sedangkan tahun 2023 sebanyak 11,68 juta orang, artinya secara nasional kita tidak akan kembali ke masa sebelum pandemi,” jelasnya. .

Lebih lanjut Nia menjelaskan, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali masih belum melebihi angka tahun 2019. Pada tahun 2023, jumlah wisatawan mancanegara ke Bali hanya sebanyak 5,2 juta orang, masih kalah 1,1 juta orang dibandingkan capaian tahun 2019.

Hal ini juga terkonfirmasi dari data terkini Badan Pusat Statistik (BPS), dimana dalam dua bulan Januari hingga Februari 2024, sekitar 860.000 wisman berkunjung ke Bali. Indikator tersebut masih lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan pada dua bulan awal tahun 2019 yaitu 883 ribu wisman.

“Jadi kalau dibilang overtourism, secara statistik belum sampai di situ,” kata Nia.

Namun, dia tak memungkiri, misalnya, ada faktor lain yang menyebabkan Bali mengalami pariwisata berlebihan. “Mungkin ada faktor proliferasi yang terkonsentrasi di selatan,” katanya.

 

Akhir-akhir ini banyak perbincangan di dunia tentang pariwisata yang termasuk dalam kategori supertourism. Salah satu item yang masuk dalam daftar adalah Bali.

Dikutip dari respontravel.com, overtourism terjadi ketika terlalu banyak pengunjung pada suatu destinasi tertentu. Meskipun frasa “terlalu banyak” merupakan istilah subjektif, frasa ini didefinisikan di setiap destinasi oleh penduduk, tuan rumah, pemilik bisnis, dan wisatawan.

Secara spesifik terlihat bahwa jumlah rumah yang disewakan meningkat karena banyaknya wisatawan, jalan sempit yang dipenuhi wisatawan, hilangnya satwa liar, atraksi wisata yang tidak dapat dilihat karena terlalu ramai dan degradasi lingkungan. akibat dari banyaknya orang. Ini semua merupakan tanda-tanda overtourism.

Industri perjalanan, seperti industri lainnya, harus memiliki rencana berkelanjutan terhadap alam dan masyarakat yang tinggal di kawasan wisata. Kenyataannya, kedatangan wisatawan dalam jumlah besar pada suatu destinasi wisata tidak bisa hanya dilihat dari sisi positifnya saja, dibalik itu ada dampak negatif yang mulai dirasakan.

 

 

Komo Travel Mart ke-5 akan kembali digelar tahun ini pada tanggal 6 hingga 9 Juni 2024 di Golo Mori Convention Center, Labuan Bajo. Acara yang akan dihadiri oleh beberapa pembeli dari seluruh dunia ini diharapkan dapat membawa peningkatan pariwisata dan perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya wilayah Mangarai Barat.

“Ini adalah destinasi prioritas bahkan premium yang membawa nilai-nilai berkelanjutan. Hal ini sangat penting untuk kami sampaikan kepada masyarakat, wisatawan, dan calon pengunjung,” kata Francisco Xavier Tegu, Pj Direktur Utama (Dirut) Dewan Eksekutif Administrasi Labuan. . Bajo Flores (BPOLBF), dalam acara yang sama.

Frans mengatakan pelaksanaan program ini merupakan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan Flores dan NTT secara keseluruhan. Hingga saat ini, Komodo Travel Mart berencana menarik 150 pembeli dari berbagai negara di dunia.

“Dan kami berharap dengan potensi cadangan sumber daya yang luar biasa akan muncul budaya, petualangan, satwa liar, dan taman nasional. Dengan Komodo Travel Mart yang kelima ini, kami ingin menghadirkan event bertaraf internasional”, kata França.

 

 

happy Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Happy
0 %
sad Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Sad
0 %
excited Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Excited
0 %
sleepy Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Sleepy
0 %
angry Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Angry
0 %
surprise Beda Pendapat Dinas Pariwisata dan Kemenparekraf Tanggapi Tudingan Overtourism di Bali
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D