Banyak Masyarakat yang FOMO, Kecepatan Internet Starlink di Indonesia Ternyata Cuma Segini
gospelangolano.com, Jakarta – Starlink baru saja resmi beroperasi di Indonesia. Banyak orang mengalami FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan saat mencoba membeli perangkat dan berlangganan internet satelit.
Namun, kecepatan internet Starlink berada di bawah ekspektasi. Banyak pengguna internet yang mengeluh dan menganggap layanan internet Elon Musk kesulitan mendapatkan sinyal dan kecepatannya lebih rendah dari yang diharapkan.
Pantauan Tekno gospelangolano.com di Instagram, Sekolah Syifaul Qulub (SQ) di Grisik, Jawa Timur, yang dianggap pertama kali menggunakan layanan Starlink, mengunggah video yang memperlihatkan kecepatan internet.
Video tersebut menunjukkan kecepatan Starlink hanya 30-40 Mbps. Bahkan, Starlink sendiri menjanjikan kecepatan layanan internetnya bisa mencapai 200 Mbps.
Sebelumnya, kata pemilik akun @ryan*** di platform tersebut
Melihat kinerja Starlink yang kurang memuaskan, Presiden dan Pendiri Indonesia CyberSecurity Forum (ICSF) Ardi Sutedja pun angkat bicara.
Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak perlu ragu membeli Starlink karena FOMO. Pasalnya, Starlink dituding menyebarkan taktik pemasaran dan tips influencer untuk mempromosikan kualitas dan kecepatan Starlink di media sosial.
Dengan sedikit pengguna, kualitas dan kecepatan Starlink dipertanyakan. Apa jadinya kalau semakin banyak yang menggunakan Starlink, kualitas layanan broadband pasti semakin buruk,” kata Ardi, Selasa (21/5/2024).
Ketika jumlah pelanggan mulai bertambah, jaringan internet satelit Starlink akan penuh dan menyebabkan peningkatan latensi. Akibatnya, kecepatan internet tidak lagi secepat saat jumlah pelanggan masih sedikit.
Berangkat dari pengalamannya sebagai pakar teknologi komunikasi, Ardi mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi teknologi satelit.
“Selain itu, Starlink sangat rentan terhadap rintangan dari pohon atau bangunan. Sinyalnya mungkin tidak stabil atau hilang,” ujarnya.
Riset Ookla melaporkan pada November 2023, kecepatan Starlink di Amerika Serikat hanya 79 Mbps. Kecepatan ini jauh lebih rendah dibandingkan layanan AT&T Fiber yang bisa mencapai 325 Mbps.
Kecepatan ini berbeda jauh dengan yang dilakukan di Ibu Kota Negara Indonesia (IKN). Dalam pengujian di Rumah Pekerja Konstruksi (HPK), kecepatan Internet Starlink hanya mencapai maksimal 80 Mbps.
“Iya Starlink itu banyak, tapi yang kita belum tahu kapasitasnya untuk melayani pelanggan seberapa besar. Selama ini Starlink tidak pernah membeberkan berapa sebenarnya kapasitas yang kami siapkan untuk melayani pelanggan,” kata Ardi.
Selain itu, Starlink rentan terhadap gangguan cuaca. Ardi menjelaskan, peralatan penerima (satuan lahan) yang dijual di Indonesia merupakan generasi kedua.
“Meski saat ini perangkat penerima yang dirilis Starlink sudah generasi ketiga dan keempat,” jelasnya.
Ardi menambahkan, Indonesia baru menerima generasi kedua karena peralatan yang diterima tidak laku di pasaran karena stoknya terjual di Indonesia.
“Starlink akan menggunakan stok lama terlebih dahulu untuk membersihkan gudang, meskipun menyadari bahwa peralatan tersebut tidak cocok untuk Indonesia. Sebagai trade show, peralatan yang dijual di Indonesia terkesan murah, ujarnya.
“Jika menggunakan perangkat terbaru yang disetujui, harganya lebih mahal Rp 5 juta dari harga jual perangkat di Indonesia saat ini. Harga perangkat Starlink yang dijual di Indonesia kini Rp 7,8 juta,” tambah Ardi.
Dengan biaya dan kualitas yang mahal, menurut Ardi, layanan Starlink kurang cocok untuk memberikan layanan dan fasilitas publik di Indonesia, terutama di wilayah yang tersedia jaringan fiber optic atau seluler.
“Mungkin di pedesaan atau di tengah laut yang tidak ada mobile internet atau fiber optic, dan tidak ada pembatas pohon, layanan Starlink bisa digunakan,” tutupnya.