Bahaya Minum Alkohol, Usus Bisa Bocor dan Berisiko Peradangan Hati
gospelangolano.com, Batavia – Bir atau segelas wine mampu menenangkan pikiran sebagian orang. Tapi tahukah Anda apa pengaruh alkohol terhadap miliaran bakteri yang hidup di usus?
“Seperti kebanyakan ilmu pengetahuan tentang mikrobioma, ada banyak hal yang tidak kita ketahui,” kata seorang dokter-fisikawan yang mempelajari penggunaan dan kecanduan alkohol di National Institute of Health. Lorenzo Leggio, dikutip Channel News Asia, Selasa. 13 Februari 2014
Namun jelas bahwa mikroba bahagia penting untuk pencernaan yang baik, fungsi kekebalan tubuh yang baik, dan kesehatan usus. Dan ketika para ilmuwan mulai menyelidiki bagaimana minum dapat mempengaruhi usus, mereka menyadari bahwa konsumsi berlebihan dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
Selain itu, Ahli Gastroenterologi di University of California, San Diego, Dr. Cynthia Hsu mengatakan sebagian besar penelitian tentang alkohol dan mikrobioma berfokus pada mereka yang minum secara teratur dan banyak.
Banyak penelitian menemukan bahwa orang dengan gangguan penggunaan alkohol yang tidak dapat mengontrol atau berhenti minum sering kali memiliki ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di ususnya.
Hsu mengatakan ini disebut dysbiosis dan biasanya dikaitkan dengan peradangan dan penyakit yang lebih besar dibandingkan dengan mikrobioma yang sehat. Peminum berat yang menderita disbiosis, kata Dr. Leggio, mungkin mengalami retakan atau robekan pada lapisan usus.
Usus adalah penghalang yang sehat antara usus — penuh dengan bakteri, makanan, dan racun yang berpotensi berbahaya — dan seluruh tubuh.
Ketika flora usus rusak, bakteri dan racun dapat keluar dan berpindah ke aliran darah dan hati. Menurut Hsu, hal tersebut dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan hati.
Sementara itu, Ahli Hepatologi di Virginia State University dan Richmond VA Medical Center, Dr. Jasmohan Bajaj, mengatakan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sakit perut dapat berkontribusi terhadap keinginan untuk minum alkohol.
Misalnya, dalam sebuah penelitian pada tahun 2023, peneliti memeriksa mikrobioma dari 71 orang berusia 18 hingga 25 tahun yang tidak memiliki masalah dengan penggunaan alkohol.
Mereka yang melaporkan sering minum alkohol dalam jumlah besar (didefinisikan sebagai empat minuman atau lebih dalam waktu sekitar dua jam untuk wanita, atau lima minuman atau lebih untuk pria) mengalami perubahan mikrobioma yang terkait dengan keinginan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.
Studi ini menambah penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa minum alkohol dalam jumlah banyak dikaitkan dengan gejala peradangan darah yang lebih besar.
Namun, belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa alkohol menyebabkan disbiosis pada manusia. Kaitannya jelas dalam penelitian pada hewan, namun dalam penelitian pada manusia, sulit bagi peneliti untuk mengontrol faktor-faktor seperti pola makan dan kondisi kesehatan lainnya.