Astra Agro Remajakan Perkebunan 4.713 Hektar Lahan pada 2023
gospelangolano.com, Jakarta – Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) optimistis terhadap industri kelapa sawit meski ada tantangan.
Salah satu langkah yang dilakukan perseroan adalah dengan terus melakukan penanaman kembali sebagai solusi terhadap tanaman yang sudah tua. Sentosa, Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk, mengatakan sepanjang tahun 2023, perseroan berhasil merevitalisasi lahan perkebunan seluas 4.713 hektar (ha) dengan benih unggul hasil penelitian dan pengembangan perseroan.
“Ini merupakan strategi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas jangka panjang,” tambah Sentosa mengutip keterangan resmi, Selasa, 23 April 2024.
Sementara itu, pada tahun 2023, produksi inti pulp buah segar (TBS) akan meningkat sebesar 4,8%, dari 3,16 juta ton pada tahun 2022 menjadi 3,31 juta ton pada tahun 2023. Industri kelapa sawit Indonesia memang menghadapi tantangan produktivitas. Salah satunya karena meningkatnya rata-rata umur tanaman nasional.
Sekitar 46% merupakan tanaman yang mulai tumbuh negatif. Tantangan peningkatan produktivitas pada tahun 2023 sehubungan dengan siklus El Niño yang dihadapi perusahaan juga semakin serius.
Tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah dari segi harga. Pada tahun 2022, harga berbagai bahan baku akan mengalami kenaikan yang dapat dikatakan sebagai anomali. Harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global pada tahun 2022 tercatat sebagai harga tertinggi sepanjang sejarah industri, yakni mencapai USD 1.813/ton.
Dibandingkan tahun 2023, harga rata-rata CPO adalah $964/ton atau turun 13,9%.
“Penurunan harga yang tajam ini telah meningkatkan kinerja keuangan industri kelapa sawit Indonesia, termasuk perusahaannya,” kata Sentosa.
Pada tahun 2023, total pendapatan perseroan sebesar Rp 21,83 triliun atau turun 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kekurangan ini berdampak pada laba bersih perseroan. Laba bersih perseroan kepada pemilik sebesar Rp1,06 triliun, turun 38,8% dibandingkan tahun 2022 sebesar Rp1,73 triliun.
Komitmen Digitalisasi dan Keberlanjutan Perusahaan terus melanjutkan program digitalisasi. Perusahaan telah banyak menerapkan teknologi informasi pada proses dan tahapan produksi pabrik kelapa sawit untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan, dengan fokus pada pengelolaan alat kerja dan alat pengendalian manajemen.
Perusahaan juga menggunakan Plantation Information Management System (PIMS) yang mencakup aplikasi mobile dan sensor/Internet of Things (IoT) untuk mengelola pemanfaatan sumber daya di perkebunan.
Dukungan pusat operasi Astra Agro (OCA) memastikan perusahaan menerima data operasional perkebunan secara real-time, cepat, akurat dan tepat. Perusahaan juga berkomitmen terhadap pengelolaan berkelanjutan melalui Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG).
Komitmen ini sejalan dengan Aspirasi Keberlanjutan Astra Agro 2030. GCG merupakan faktor kunci dalam penerapan strategi Triple-P Roadmap, yaitu Portofolio, Sumber Daya Manusia, dan Kontribusi Publik. Dalam Rapat Umum yang diadakan pada tanggal 23 April 2024, diusulkan 3 orang anggota Dewan baru dan disetujui dalam Rapat Umum ini setelah surat pengunduran diri dari 3 anggota Dewan yang pensiun tersebut diterima.
Perubahan ini selaras dengan rencana pengembangan kepemimpinan jangka panjang dan rencana suksesi kepemimpinan perusahaan. Susunan pengurus baru adalah sebagai berikut: Direktur Utama: Sentosa Direktur: Tinging Sukovinjo Direktur: M. Hadi Sugeng Wahiudiono Sutradara : Vidyanto Sutradara : Djep Tet Pha Sutradara : Eko Prasetio Wibisono Sutradara : Arif Ketur Irwan
Sebelumnya, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menyetujui pembagian dividen final sebesar Rp 165 per saham. Saham. Dividen tersebut didasarkan pada laba perseroan sebesar Rp 1,05 triliun pada tahun buku 2023.
Keputusan tersebut diambil setelah rapat umum tahunan AALI. Laba bersih perseroan mencapai Rp1.055.898.000.000, kata Feni Sofyan, Manajer Komunikasi Korporat dan Hubungan Investor Astra Agro Lestery. 31 Desember 2023.
Laba bersih ini digunakan untuk membayar dividen, dividen interim, dan dividen final yang berjumlah Rp 247 per saham.
Pembayaran dividen ini dibagi menjadi dua bagian, yakni pembayaran dividen interim sebesar Rp82 per saham yang dibayarkan pada 24 Oktober 2023.
Sedangkan sisanya yakni Rp 165 per saham akan dibayarkan pada 22 Mei 2024, kata Fanny di acara public expo Astra Agro Lestery di Menara Astra, Jakarta, Selasa (23/4/2024).
Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham AALI yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) pada tanggal 6 Mei 2024 pukul 16.00 WIB.
Rapat juga menyetujui untuk memberikan wewenang kepada direksi perseroan untuk menyelesaikan pembagian dividen dan mengambil segala tindakan yang diperlukan, jelasnya.
Perlu diketahui, Astra Agro Lestery mencatatkan laba bersih sebesar Rp 20,75 triliun pada tahun 2023 dalam laporan keuangan perseroan di pengumuman informasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pendapatan tersebut mengalami penurunan sebesar 4,96 persen dibandingkan pendapatan pada tahun 2022 yaitu c. Tercatat hingga Rp 21,83 triliun.
Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan mengalami penurunan dari Rp18 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp17,97 triliun pada tahun 2023. Meski berhasil menekan beban pokok pendapatan, namun laba kotor perseroan turun 27,50 persen menjadi Rp2 pada 2023. 3,82 triliun pada tahun 2022
Selama tahun 2023, perseroan mencatatkan beban umum dan administrasi sebesar Rp908,37 miliar, beban penjualan sebesar Rp611,4 miliar, beban pendanaan sebesar Rp268,26 miliar, dan kerugian selisih kurs sebesar Rp17,58 miliar.
Selain itu, perseroan juga memiliki pendapatan bunga sebesar Rp92,84 miliar, bagian laba bersih ventura bersama sebesar Rp19,84 miliar, dan pendapatan lain-lain sebesar Rp420,88 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mendapat laba periode berjalan sebesar Rp 1,06 triliun kepada pemilik induk usaha. Laba tersebut turun 38,85 persen dibandingkan laba 2022 yang tercatat Rp 1,73 triliun.
Dari sisi aset, Astra Agro Lestari tercatat sebesar Rp 28,85 triliun pada akhir tahun 2023, turun dari Rp 29,25 triliun pada akhir tahun 2022. Liabilitas per 31 Desember 2023 turun menjadi Rp6,28 triliun pada tahun 2023 dari Rp6,28 triliun pada tahun lalu.
Sedangkan ekuitas naik menjadi Rp22,57 triliun pada akhir tahun 2023 dari Rp22,24 triliun pada Desember 2022.