Anak Bisa Mengalami Depresi, Dokter: Terlihat Perubahan Perilaku pada Si Kecil
gospelangolano.com, Jakarta Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami depresi. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2022, menunjukkan bahwa anak-anak berusia antara 5 dan 9 tahun didiagnosis menderita depresi.
Psikiater Lahargo Kambaren mengatakan, Gejala depresi pada anak tidak sama dengan orang dewasa yang bisa mengungkapkan perasaannya saat sedih atau tidak bersemangat.
Pada anak-anak misalnya ketika hendak berangkat sekolah, perutnya sakit, tiba-tiba pusing, muntah-muntah, ternyata tidak mau sekolah karena mengalami depresi yang mengganggu kehidupannya. Pria ramah yang akrab disapa Argo itu menulis podcast bersama Kementerian Kesehatan, Kamis (22/2/2024).
Tentunya sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami depresi atau tidak.
Argo mengatakan, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami depresi. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor genetik, trauma psikologis seperti bullying, pola asuh orang tua yang tidak sehat, atau pengalaman hidup lain yang menurunkan kondisi mentalnya.
Argo mengatakan, Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia, kasus depresi pada anak semakin meningkat, satu dari 7 anak di dunia mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan orang dewasa di sekitar mereka untuk memahami hal ini. Jadi Anda tidak hanya memperhatikan kesehatan fisik dan mental anak Anda saja.
Argo mengatakan, penting bagi orang tua untuk memperhatikan perubahan perilaku anak. Orang tua harus mengetahui bahwa perubahan tingkah laku anak merupakan cara anak berkomunikasi dengan orang tuanya.
“Misalnya saat pulang sekolah, membanting pintu, berteriak, melempar barang, orang tua cenderung mewaspadai perilaku seperti itu.
Lanjutnya: Harus ada cerita, cerita, cerita tentang kenapa terjadi perilaku yang kita anggap negatif (emosi).
Berikut tips bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda depresi pada anak: Jalin komunikasi. Memperhatikan pola komunikasi orang tua sangatlah penting. “Cobalah untuk mengungkapkannya dan kemudian akui perasaannya. “Ibu melihatmu sedikit kesal, maukah kamu memberitahuku apa yang terjadi? dia melanjutkan. “Jika jawabannya dia ingin sendiri, berikan dia waktu untuk menyendiri.” Beri anak ruang: Setelah anak merasa rileks setelah memberinya ruang, ia akan merasa nyaman bercerita. Mendampingi: Temani anak Anda dalam situasi sulit agar “tidak terjadi gangguan yang lebih serius. Jika Anda mengabaikan perasaan anak ini, maka akan menumpuk,” kata Argo.
Menurut WebMD, gejala depresi pada anak berbeda-beda pada waktu dan tempat yang berbeda.
Meskipun beberapa anak mungkin terus berkembang dalam lingkungan yang terstruktur, sebagian besar anak dengan depresi berat mengalami perubahan signifikan dalam aktivitas sosial, kehilangan minat di sekolah, prestasi akademis yang buruk, atau perubahan penampilan.
Alat seperti kuesioner (untuk anak dan orang tua) beserta informasi pribadi bisa sangat membantu dalam mendiagnosis depresi pada anak.
Pencegahan depresi pada anak sangat penting untuk diperhatikan, yang bertujuan untuk mengantisipasi anak dalam mengelola emosi, meningkatkan alternatif untuk mengantisipasi perubahan, membangun keberanian menghadapi situasi sulit dan mendorong lingkungan sosial dan jaringan sosial yang mendukung.
Ketika seorang anak terdiagnosis depresi, pengobatannya, termasuk psikoterapi, tidak jauh berbeda dengan pengobatan pada orang dewasa. Saat merawat dengan psikoterapi, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak dan kemudian, jika tidak ada perbaikan yang signifikan, berikan antidepresan sebagai pilihan.
Menurut WebMD, pengobatan terbaik hingga saat ini menunjukkan bahwa kombinasi psikoterapi dan pengobatan adalah cara paling efektif untuk mengatasi depresi pada anak.