BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok

0 0
Read Time:2 Minute, 18 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merespons pencoretan 2 perusahaan besar Eropa dari proyek pemurnian nikel di Maluku Utara. Keduanya adalah BASF dari Jerman dan Eramet dari Perancis.

Bahlil mengatakan BASF dan Eramet tidak menarik investasinya. Namun, dihentikan sementara karena berkurangnya permintaan mobil listrik di Eropa.

“Saya dapat kabarnya kemarin dan sekarang kita bicara dengan mereka. Sejauh ini belum dibatalkan tapi ditunda sementara karena harga, daya beli masyarakat terhadap EV, mobil listrik di Eropa sedang turun,” Bahlil Lahadalia. katanya. Kantor BKPM, Jakarta, dikutip Jumat (28/6/2024).

Ia mengatakan, harga mobil listrik di sana mengalami penurunan karena persaingan dengan pabrikan lain. Dampaknya, permintaan baterai untuk mobil listrik pun menurun.

Oleh karena itu, harga di pasaran turun karena bersaing dengan mobil dari negara lain. Dan pasar Amerika juga menurun, karena menurun, permintaan baterai berkurang, ”ujarnya.

Terkait kepastian investasi kedua perusahaan besar tersebut, Bahlil mengaku masih melakukan negosiasi. Sementara itu, penarikan BASF dan Eramet tidak mempengaruhi prospek negara lain.

“Kita masih ngomong. Enggak kok (buang-buang uang) ini hanya soal produk, mobil listrik Eropa itu seperti Amerika. Semuanya berfungsi, Korea, Jepang, China, tidak masalah,” tegasnya.

 

Informasi, BASF dan Eramet memiliki izin usaha resmi atas nama PT Eramet Halmahera Nickel (PT EHN) untuk mengembangkan proyek Sonic Bay senilai USD 2,6 miliar di Kawasan Industri Weda Bay, Maluku Utara. Proyek ini membangun kilang nikel dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang menghasilkan Mixed Hydroxide Precipitates (MHP).

Wakil Menteri Promosi Penanaman Modal Departemen Penanaman Modal Nurul Ichwan mengatakan keputusan BASF dan Eramet membatalkan investasinya merupakan keputusan bisnis yang diambil setelah melalui berbagai investigasi.

“Sejak awal kami terus mengevaluasi rencana investasi ini. Namun seiring berjalannya waktu, perusahaan berubah fokus sehingga akhirnya mengambil keputusan bisnis untuk membatalkan rencana investasi proyek Sonic Bay, kata Nurul. dalam pernyataan itu.

Berdasarkan rilis perusahaan, keputusan BASF dan Eramet untuk tidak melanjutkan rencana investasi tersebut didasarkan pada pertimbangan adanya perubahan penting pada kondisi pasar nikel. Terutama dalam pemilihan nikel sebagai bahan baku baterai mobil listrik.

 

Oleh karena itu, BASF memutuskan tidak perlu lagi berinvestasi pada penyediaan baterai untuk kendaraan listrik.

“Kami melihat pasar aki mobil listrik masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Apalagi, Indonesia baru-baru ini menduduki peringkat ke-27 dalam World Competitiveness Ranking (WCR) tahun 2024. Top 3 di kawasan ASEAN,” tambah Nurul.

Minat investor asing terhadap kawasan dataran tinggi masih tinggi dan banyak proyek investasi di kawasan tersebut telah mencapai tahap penyelesaian.

Misalnya saja proyek smelter tembaga terbesar dunia PT Freeport Indonesia di Grisik, Jawa Timur yang akan dikerjakan mulai 27 Juni 2024. Bukti nyata lainnya, produksi baterai listrik pertama di Indonesia akan dimulai dari PT Hyundai LG. . Indonesia (HLI) Cancer Center di Karawang, Jawa Barat pada Juli 2024 dan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo.

happy BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Happy
0 %
sad BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Sad
0 %
excited BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Excited
0 %
sleepy BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Sleepy
0 %
angry BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Angry
0 %
surprise BASF dan Eramet Batal Investasi Smelter Nikel, Bahlil: Cuma Pending Kok
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D