HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?

0 0
Read Time:9 Minute, 14 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan sejak akhir Februari 2024. . Awalnya, kasus DBD pada akhir Februari berjumlah sekitar 15.977 kasus, namun kini menjadi sekitar 35.000 kasus.

Kementerian Kesehatan memastikan adanya peningkatan jumlah kasus demam berdarah di Indonesia. Siti Nadia Tarmizi, Kepala Kantor Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan, mengatakan jumlah kasus meningkat dua kali lipat sejak 2023.

Padahal, jika kita bandingkan tahun 2023 dengan tahun 2024, jumlah kasus DBD meningkat dari 15.000 menjadi 35.000, kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmiz, Jumat (22).

Bahkan, banyaknya kasus DBD pada tahun ini juga dibarengi dengan peningkatan angka kematian. Angka kematian juga meningkat, namun tidak setinggi peningkatan kasus DBD, kata Siti Nadia Antara.

Ditjen P2P melaporkan hingga minggu kedelapan tahun 2024, terdapat 124 kematian akibat demam berdarah.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demam berdarah adalah infeksi yang disebabkan oleh virus DENV yang menyebar melalui gigitan nyamuk. Ada empat jenis virus demam berdarah: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. WHO memperkirakan sekitar setengah populasi dunia berisiko tertular demam berdarah, dengan perkiraan 100 hingga 400 juta infeksi per tahun di seluruh dunia.

Profesor Tjandra Yoga Aditama, Direktur Studi Pascasarjana Universitas YARSI dan mantan Kepala Penyakit Menular WHO di Asia Tenggara, mengutip pernyataan WHO bahwa kejadian demam berdarah di seluruh dunia telah meningkat secara dramatis dalam dekade terakhir.

“Dari 505.430 kasus pada tahun 2000, meningkat menjadi 5,2 juta pada tahun 2019,” kata Tjandra dalam keterangan yang diterima gospelangolano.com, Kamis (28/03).

Tjandra juga memberikan data lain berdasarkan “model” yang memperkirakan 390 juta kasus demam berdarah di seluruh dunia per tahun.

“Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 96 juta yang memiliki manifestasi klinis yang jelas. Oleh karena itu, harus diperhatikan bahwa banyak kasus tidak terdiagnosis dengan tepat dan hanya disebut penyakit demam.”

Bahkan penelitian lain menyebutkan ada sekitar 3,9 miliar orang di dunia yang berisiko tertular virus demam berdarah, tambahnya.

WHO melaporkan demam berdarah telah tercatat sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Tercatat pula 70 persen kasus DBD di dunia terjadi di benua Asia. Data WHO Asia Tenggara menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara di dunia yang sangat endemis demam berdarah.

 

Kementerian Kesehatan menjelaskan pada tahun 2024, kasus DBD di Indonesia mencapai 35.556 orang dan 290 kematian.

“Padahal tahun 2024 tinggal 11 minggu lagi,” kata Imram Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan RI, dalam diskusi media #Ayo3MPlusVaksinDBD baru-baru ini.

Kementerian Kesehatan mencatat kasus dan kematian DBD terbanyak terjadi di Provinsi Jawa Barat, yaitu 10.428 kasus dan 94 kematian. Menurutnya, di Provinsi Jawa Barat, paparan penduduk yang banyak membuat penyakit DBD lebih mudah menyebar.

Dilaporkan pula 18 provinsi mengalami peningkatan kasus DBD hingga Maret 2024, antara lain: Sumatera Barat Sumatera Selatan Lampung Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Banten Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Bali Nusa Tenggara Barat -Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta.

Tjandra mengatakan, analisis menyeluruh terhadap apa yang terjadi saat ini dengan meningkatnya kasus demam berdarah di Indonesia perlu dilakukan. Menurut dia, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi, seperti: pola musim akibat musim hujan saat ini, suhu udara dan luar ruangan saat ini, serta aspek kelembapan, tingginya populasi nyamuk, kerentanan terhadap serotipe virus yang beredar saat ini. Hal ini disebabkan kurangnya program pencegahan yang berkelanjutan, mungkin prioritas lain yang lebih dilaksanakan adalah lemahnya sistem surveilans yang dapat menyebabkan keterlambatan pencatatan dan respons terhadap laporan, serta kegagalan dalam mengenali tanda dan gejala yang terkait dengan terjadinya penyakit serius. . . Alat diagnosis dini DBD (“perangkat diagnostik demam berdarah”) mungkin memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya manusia, sehingga memerlukan petugas pengendalian vektor, tidak hanya petugas yang bertugas di klinik pasien, yang tentunya juga sangat penting dalam meningkatkan komunikasi risiko dan . keterlibatan masyarakat dan partisipasi aktif. Pada dasarnya promosi program kesehatan di berbagai tingkat langsung ke masyarakat, tidak hanya di rumah sakit dengan peralatan yang sangat canggih.

Sementara itu, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pemanasan global, termasuk El Niño yang terjadi belakangan ini yang melanda Indonesia, menjadi salah satu faktor pemicu penyakit DBD di masyarakat.

“Seiring dengan perubahan El Niño dari musim kemarau panjang menjadi musim hujan, penyakit demam berdarah meningkat,” katanya.

Menurut Nadia, iklim yang hangat juga membuat siklus hidup nyamuk lebih cepat dari telur hingga dewasa.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi sebelumnya juga memberikan keterangan serupa. Menurutnya, nyamuk lebih sering menggigit pada cuaca panas dan kering.

Nyamuk lebih sering menggigit, 2,5 kali lebih banyak pada suhu 30 derajat ke atas, sehingga lebih sering menggigit pada suhu tinggi, kata Imran di Jakarta, Kamis (21/03).

Imran mengatakan, meski suhu iklim pada 2024 kemungkinan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, namun curah hujan akan cukup tinggi. Ia mengatakan hal itu berbahaya bagi semua orang karena meningkatkan keganasan nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah.

Menurut Nadia, peningkatan kasus DBD akan terus berlanjut hingga masa puncaknya pada April 2024.

Karena tingginya kasus DBD di Jawa Barat, terdapat gejala yang tidak biasa terkait penyakit tersebut. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Anhar Hadian mengatakan sebagian besar kasus DBD di Kota Bandung menunjukkan gejala yang tidak disadari.

Seperti yang Anda ketahui, gejala umum penyakit DBD yang patut diwaspadai adalah demam mendadak, sakit kepala, nyeri di belakang bola mata, mual dan muntah, manifestasi hemoragik seperti pendarahan dari hidung atau gusi, ruam kulit yang memerah, dan kerusakan otot, tulang. dan sendi. nyeri. Selain itu, muncul bintik-bintik merah pada kulit penderita.

“Gejalanya demam yang tidak kunjung hilang. Dan tidak ada gejala bintik merah. Itu yang perlu diwaspadai,” kata Anhar dalam keterangannya, Selasa, 26 Maret 2024.

Ia khawatir gejala demam berdarah “baru” ini mirip dengan gejala flu biasa. Kemudian orang mengira bahwa gejala yang dialaminya adalah gejala flu.

Meski demikian, Anhar menjelaskan, terdapat perbedaan mendasar antara gejala flu biasa dengan gejala demam berdarah yang muncul belakangan ini.

“Jadi gejalanya demam. Dua atau tiga hari naik, turun sedikit, naik lagi. Bedanya dengan flu, kalau kena flu, kalau dikasih parasetamol, istirahatnya cukup.” dan makan. Jadi demam berdarah selama dua atau tiga hari tidak kunjung membaik, jelasnya.

Karena itu Anhar mengingatkan masyarakat yang mengalami gejala demam yang tidak kunjung hilang lebih dari dua hari untuk segera mencari pertolongan medis.

“Kalau sudah 2 hari seperti ini (gejala demam naik turun) maka waspada. Segera bawa ke puskesmas. Jangan tunggu sampai parah,” sarannya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi Dicky Budiman memperkirakan demam berdarah serotipe 2 akan mendominasi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada tahun 2024.

“Salah satu yang membuat saya khawatir dan salah satu hipotesis saya adalah serotipe 2 akan mendominasi deteksi DBD pada tahun ini,” kata Dicky, 1 Maret 2024. 

Dugaan tersebut mengacu pada kondisi di ASEAN, salah satunya data dari Singapura yang menunjukkan bahwa serotipe demam berdarah yang terdeteksi didominasi oleh serotipe 2. Penelitian menunjukkan bahwa virus dengue 2 menimbulkan gejala yang lebih parah.

“Yah, sepertinya hal itu juga bisa terjadi di Indonesia, dan jika memang terjadi, berarti tingkat keparahannya bisa lebih tinggi pada tahun ini, padahal serotipe demam berdarah lainnya masih ada dalam jumlah yang jauh lebih kecil,” imbuhnya.

Melihat potensi tersebut, Dicky merekomendasikan agar pemerintah Indonesia melakukan screening menyeluruh seperti yang dilakukan di negara maju.

Deteksi dan pengawasan dilakukan untuk mencari serotipe virus yang menginfeksi.

“Secara umum, negara-negara maju mencari serotipe penyebab infeksi (DBD), dan itu sangat penting secara epidemiologis. Dan saya menyarankan agar kita melakukan hal itu juga untuk mendapatkan peta.”

 

 

Penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) memerlukan upaya komprehensif yang melibatkan pemerintah dan masyarakat. Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menetapkan program penanggulangan DBD yang meliputi penyebaran nyamuk Wolbachia di beberapa kota, kerjasama dengan swasta untuk vaksin DBD, dan edukasi masyarakat tentang 3M.

Imran Pambudi menjelaskan, program nyamuk Wolbachia akan dilaksanakan di enam kota, yakni Denpasar, Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.

Dijelaskannya, Wolbachia merupakan bakteri alami pada nyamuk Aedes aegypti yang dapat menurunkan reproduksi virus dengue dan menurunkan kemampuan nyamuk dalam menularkan virus dengue. Imran menyatakan penggunaan bakteri Wolbachia aman berdasarkan penelitian berbagai negara dan ahli.

Selain itu, Imran juga menyoroti pentingnya inovasi lain dalam penanggulangan demam berdarah dengue, seperti pengembangan vaksin demam berdarah. Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia: Dengvaxia, yang diberikan kepada anak-anak berusia 9 hingga 16 tahun dengan skrining awal untuk mengetahui status HIV, dan vaksin Qdenga, yang dapat diberikan kepada populasi hingga usia 45 tahun tanpa skrining awal dan dalam dua dosis.

Imran juga menyebutkan vaksin DBD sudah masuk dalam program daerah seperti Kalimantan Timur pada tahun 2023. Ia juga menekankan bahwa demam berdarah masih menjadi masalah kesehatan yang serius dan sering menyebabkan kejadian darurat (EC) dan kematian baik di Indonesia maupun di Indonesia. di dunia.

Tjandra mengutip WHO yang mengatakan bahwa pencegahan dan pengendalian demam berdarah terutama bergantung pada pengendalian vektor sebagai kunci untuk mencegah penyebarannya.

“Begitu sakit, tidak ada obat khusus untuk membunuh virus dengue (DENV). Deteksi dini dan akses terhadap layanan kesehatan yang baik adalah kunci utama untuk menurunkan angka kematian, apalagi dengan situasi umum yang dilaporkan di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan tersebut. nihil kematian akibat DBD pada tahun 2018 dan 2030. Oleh karena itu, pengendalian DBD harus dilakukan secara komprehensif,” kata Tjandra.

Rekomendasi WHO bulan Desember 2023 mencantumkan beberapa hal yang perlu dilakukan: Manajemen pengendalian vektor yang efektif – surveilans entomologis – memastikan ketersediaan laboratorium Manajemen kasus Meningkatkan surveilans kasus Komunikasi risiko dan partisipasi aktif masyarakat 

 

Terkait pencegahan DBD, pakar kesehatan masyarakat Ngabila Salama mengingatkan lima hal berikut:

1. Pola hidup bersih dan sehat

Termasuk menjaga kerapian rumah dan tidak meninggalkan pakaian berserakan karena dapat menjadi sarang nyamuk.

2. Dapatkan PSN 3M Plus

PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) 3M Plus menutup, mengeringkan dan mendaur ulang produk-produk bekas yang dapat menjadi genangan air. Selain itu, berarti memelihara tanaman pengusir nyamuk (misalnya serai, lavendel, rosemary) dan ikan pemakan jentik (misalnya cupang).

3. Membuat 1 rumah dalam 1 lahan Jumantik

Pastikan setiap rumah telah menetapkan kelompok pelacak jentik (jumantik) melalui program jumantik 1 rumah 1 kotak. “Kader Jumantik bertugas melakukan pemberantasan jentik nyamuk di sekitar rumah setiap Jumat pagi. Artinya, jam 10 pagi selama 10 menit dan minimal 10 minggu,” kata Ngabila melalui pesan kepada gospelangolano.com.

3. Semprotkan pada nyamuk atau gunakan krim antinyamuk.

Nyamuk demam berdarah Aedes aegypti aktif antara pukul 08.00 dan 10.00 serta pukul 16.00 dan 18.00. Ngabila menganjurkan untuk melakukan penyemprotan nyamuk atau menggunakan obat nyamuk sendiri.

4. Aktifkan PSN 9 di perangkat Anda

Pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan di sembilan lingkungan: kehidupan masyarakat yang mandiri dan sehat, perumahan dan fasilitas umum, pendidikan, pasar, pariwisata, transportasi dan lalu lintas jalan, perkantoran dan industri, perlindungan sosial serta pencegahan dan pengelolaan bencana.

5. Vaksinasi demam berdarah dengue

Seseorang yang pernah menderita demam berdarah masih bisa tertular hingga empat kali. Sebab, DBD punya 4 varian, saat ini DEN 1,2,3,4.

Oleh karena itu, Ngabila menganjurkan untuk melakukan vaksinasi demam berdarah untuk mengurangi tingkat keparahan paparan penyakit tersebut.

“Setelah sembuh dari demam berdarah, bisa langsung mendapatkan vaksin demam berdarah tanpa menunggu. Bagi masyarakat usia 6-45 tahun, diberikan sebanyak dua kali dengan selang waktu tiga bulan,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medis Kementerian Kesehatan. klinik. RS Tamansari. Jakarta. 

happy HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Happy
0 %
sad HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Sad
0 %
excited HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Excited
0 %
sleepy HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Sleepy
0 %
angry HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Angry
0 %
surprise HEADLINE: Waspada Kasus DBD di Indonesia Meningkat Drastis, Jurus Menghindarinya?
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D