HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?

0 0
Read Time:7 Minute, 37 Second

gospelangolano.com, Jakarta – Gelombang baru infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 kembali melanda Singapura. Pemerintah negara Leo melaporkan jumlah kasus corona meningkat hingga 90 persen.

Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan, pada periode 5-11 Mei 2024, telah tercatat 25.900 kasus infeksi COVID-19. Meski “hanya” memiliki 13.700 kasus pada minggu sebelumnya. Kami juga mendorong semua orang untuk memakai masker lagi.

“Saat ini kita berada di awal gelombang COVID-19,” kata Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung.

Ong mencontohkan, puncak kasus COVID-19 di Singapura terjadi pada pertengahan hingga akhir Juni 2024.

Gelombang kasus ini akan mencapai puncaknya dalam dua hingga empat minggu ke depan, yang berarti pertengahan hingga akhir Juni, kata Ong Ye Kung seperti dikutip The Straits Time.

Peningkatan kasus juga menyebabkan peningkatan jumlah pasien COVID di negara tetangga dari rata-rata 181 menjadi 250 per minggu. Beberapa kabar menggembirakan dari Singapura adalah jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di perawatan intensif tergolong rendah. Dimana ada 3 kasus yang perlu dirawat di perawatan intensif, sedangkan minggu sebelumnya hanya 2 kasus, seperti dilansir Channel News Asia.

Mengingat COVID-19 merupakan penyakit menular yang berarti akan terus ada meski jumlah kasusnya menurun, gelombang baru mungkin saja terjadi.

Lebih lanjut, Ong mengungkapkan, posisi Singapura sebagai pusat transportasi dan komunikasi menyebabkan gelombang COVID-19 lebih awal terjadi dibandingkan wilayah lain. 

“Jadi, COVID-19 adalah sesuatu yang harus kita jalani. Setiap tahun kita akan menghadapi satu atau dua gelombang,” ujarnya.

Ketika wabah COVID-19 terjadi, dua pertiga infeksi di Singapura saat ini terkait dengan subtipe KP.1 dan KP.2. Kedua strain tersebut merupakan bagian dari kelompok varian COVID-19 yang oleh para peneliti dijuluki varian FLiRT. Seluruh varian pada FLiRT merupakan turunan dari varian JN.1 yang merupakan cabang dari varian Omicron.

Ada kekhawatiran mengenai KP.1 dan KP.2, nyatanya tidak ada bukti bahwa kedua perbedaan ini menular atau lebih penting.

“Saat ini tidak ada indikasi, baik secara global maupun lokal, bahwa KP.1 dan KP.2 lebih rentan atau menyebabkan penyakit yang lebih serius dibandingkan varian lainnya,” demikian pernyataan Kementerian Kesehatan Singapura.

Hal serupa juga diungkapkan oleh ahli epidemiologi Dickie Budiman tentang kedua strain tersebut.

 “KP.1 dan KP.2 tidak menular seperti periode Delta dan tidak menyebabkan kematian lebih tinggi,” ujarnya kepada Health-gospelangolano.com melalui rekaman audio.

Selain Singapura, KP.2 juga menjadi varian penularan SARS-CoV-2 tertinggi di Amerika Serikat. Sekitar 28 persen kejadian di Negeri Paman Sam disebabkan oleh KP.2.

KP.2 yang pertama kali terlihat di India pada awal Januari, menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Selain ketiga negara tersebut, perbedaan ini juga ditemukan di negara lain antara lain China, Thailand, Australia, Selandia Baru, Inggris.

 

Sebagai potensi perbedaan, pakar kesehatan dari CDC AS dan Kementerian Kesehatan Singapura menyebut KP.2 tidak menunjukkan tingkat keparahan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan varian lainnya.

Perbedaan kecil pada puncak protein KP.2 memungkinkan varian ini dengan mudah menghindari pertahanan tubuh dan membuatnya lebih menular dibandingkan varian JN.1, David Ho, profesor mikrobiologi dan gelar di Universitas Columbia.

KP.2 bahkan dapat menginfeksi orang yang baru divaksinasi karena vaksin tersebut dirancang untuk melawan XBB.1.5, varian lain dari JN.1.

“Perbedaan ini dapat menghambat penerimaan vaksin akibat vaksinasi sebelumnya atau infeksi sebelum JN.1,” kata dr. Leong Ho Nam, ahli epidemiologi di Rumah Sakit Rofi di Singapura.

Leong Ho Nam memperkirakan akan ada “sedikit peningkatan” kasus COVID-19 dalam beberapa minggu ke depan karena opsi ini.

Namun, dia yakin bahwa peningkatan ini akan menjadi “kecil dibandingkan dengan JN.1” karena serangan awal dengan JN.1 memberikan “perlindungan yang signifikan” terhadap KP.1 dan KP.2.

Meski risiko komplikasi dan kematian akibat varian KP.1 dan KP.2 rendah, dr. Fikadou Tafes, ilmuwan di Oregon Health & Science Institute, memperingatkan bahwa infeksi berulang dapat meningkatkan risiko komplikasi jangka panjang dari COVID-19.

Dr Leong menekankan bahwa saat ini belum ada obat untuk COVID-19 jangka panjang dan vaksinasi merupakan langkah penting untuk menghindari risiko komplikasi tersebut.

Meningkatnya jumlah kasus COVID-19 di Singapura membuat sebagian orang berpikir. Diketahui, varian KP yang ditemukan di ASEAN tidak hanya menyebar di Singapura, tapi juga di Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Namun, tidak ditemukan perbedaan KP di Indonesia.

“Pada Mei 2024, kasus COVID-19 yang tersebar luas di Indonesia didominasi oleh subvarian Omicron JN.1.1, JN.1 dan JN.1.39. Sedangkan untuk Subbagian KP belum ditemukan, kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Siahril melalui keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2024.

Meski KP.1 dan KP.2 saat ini belum ditemukan di Indonesia, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyarankan agar keduanya akan diperkenalkan dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan tingginya lalu lintas antara Indonesia dan Singapura.

“Singapura itu tetangga dan traffic antara Singapura dan Indonesia juga sangat tinggi, saya kira pasti akan datang ke Indonesia,” kata Menteri Kesehatan Budi di Rumah DPR RI pada Selasa, 21 Mei 2024.

Meski begitu, Budi yakin jika virus tersebut muncul, angkanya tidak akan terlalu mengkhawatirkan karena sebagian besar masyarakat Indonesia sudah kebal. Hal serupa juga disampaikan Kepala Badan Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi pada kesempatan lain.

Nadia juga mengungkapkan, belum ada rencana untuk membatasi masuknya masyarakat Singapura ke Indonesia. Meski begitu, Kementerian Kesehatan terus memantau penyebaran infeksi COVID-19.

“Tidak (red: mereka tidak membatasi orang dari Singapura untuk masuk ke Indonesia). Kami hanya mengamati. Tinggal nonton saja,” kata Nadya melalui pesan tertulis kepada gospelangolano.com.

 

 

Terkait dengan situasi COVID-19 di Indonesia hingga Juni 2024, jumlah kasus terkonfirmasi pada minggu ke-18 tahun 2024 mengalami peningkatan sebesar 11,76% dibandingkan minggu sebelumnya. Merujuk data GISAID Indonesia 2024, saat ini opsi JN.1 masih dominan di banyak kasus.

Meski kasus COVID meningkat, Syakhril menegaskan angka rawat inap dan kematian tidak meningkat.

Data Laporan Mingguan Nasional COVID-19 Kementerian Kesehatan RI periode 12-18 Mei 2024 mencatat 19 kasus terkonfirmasi, 44 kasus dalam perawatan intensif, dan 153 kasus diisolasi. Tren positif minggu ini adalah 0,65% dan nihil kematian. Tren tes dalam sepekan mencapai 2.474 orang.

Belajar dari penanganan kasus di masa pandemi, Indonesia mempunyai strategi menghadapi COVID-19, yaitu peningkatan kapasitas, termasuk manajemen rumah sakit, pengawasan, vaksinasi, promosi kesehatan, dan lain-lain.

Upaya yang disiapkan adalah memastikan rumah sakit mempunyai peringatan dini pergantian tempat tidur, memiliki staf yang standby, siap memberikan perbekalan kesehatan seperti oksigen, obat-obatan dan vaksin, terutama bagi kelompok yang berbahaya, kata Siagril.

Kementerian Kesehatan terus memantau pola penularan penyakit potensi wabah (KLB), termasuk COVID-19. Saat ini, jaringan lebih dari 15.000 fasilitas kesehatan, laboratorium, dan pusat kesehatan khusus (BKK) di seluruh Indonesia telah dibentuk untuk mengendalikan penyebaran penyakit potensial tersebut.

“Selanjutnya, surveilans influenza dan COVID-19 telah terintegrasi sesuai dengan pedoman internasional. “Rumah Sakit di Indonesia siap jika ada kemungkinan peningkatan kasus,” jelas Syahril.

“Kami terus melacaknya dengan laporan Keterisian Tempat Tidur (BOR) harian dan mingguan untuk ICU dan/atau ICU.”

Terkait pembatasan perjalanan terkait peningkatan jumlah kasus COVID-19 akibat opsi KP.1 dan KP.2 di Singapura, Mohammad Siahril menegaskan langkah tersebut tidak perlu dilakukan. Hal ini tertuang dalam laporan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan Singapura.

“Sesuai informasi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Singapura, tidak perlu memberlakukan pembatasan perjalanan dari atau ke Singapura berdasarkan penilaian risiko saat ini,” tegasnya.

“Situasi penyebaran COVID-19 masih terkendali. Oleh karena itu, saat ini tidak perlu dilakukan pembatasan mobilitas dan aktivitas sosial, sekalipun ada kasus.

Kementerian Kesehatan melalui Balai Karantina Kesehatan (BKK) secara berkala melakukan screening terhadap pelaku perjalanan, termasuk layanan surveilans penyakit mirip flu (Illness) dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (SRI) di titik masuk ke Indonesia.

Hermawan Saputra dari Perhimpunan Ahli Kesehatan Indonesia mengatakan, apa yang terjadi di Singapura menunjukkan bahwa COVID-19 selalu ada di sekitar kita. Namun jika ada gelombang baru, tidak perlu panik

“Perlu kita ingatkan kembali bahwa COVID akan terus ada, namun tidak perlu terlalu khawatir, namun juga tidak boleh dianggap enteng. Gemetar itu penting,” kata Hermawan kepada Health-gospelangolano.com. 

Menurut Hermawan, Dickey meminta semua pihak terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat. 

“Tetapi kita harus tetap menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan memakai masker, mencuci tangan dan menghindari orang,” kata Dickey. 

Selain itu, Dickey juga meminta pemerintah mendorong vaksinasi COVID-19 pada kelompok rentan. Mereka adalah orang-orang lanjut usia, orang-orang dengan penyakit penyerta, dan para pemimpin yang memasuki negara tersebut.

Kementerian Kesehatan juga mendorong pola hidup bersih dan sehat. Kami menghimbau agar setiap orang tetap menaati protokol kebersihan seperti mencuci tangan, menggunakan masker jika sakit, termasuk pada orang/alat transportasi. Selain itu, kami meminta semua orang segera mendapatkan vaksinasi COVID-19, terutama bagi kelompok berisiko.

Tindakan pencegahan dan pencegahan sama saja, yaitu tindakan segera penuh dan tindakan perbaikan terhadap COVID-19, terutama bagi lansia dan penderita penyakit kronis, kata Syagril.

“Menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti sering mencuci tangan dan batuk/tidur. “Jika sakit, bisa segera ke rumah sakit terdekat, memakai masker dan menghindari kontak dengan orang dalam jumlah banyak.”

Masyarakat yang hendak bepergian ke luar daerah atau luar negeri diimbau untuk mengikuti peraturan kebersihan yang berlaku di daerah asal.

“Dalam publikasi Kementerian Kesehatan, kami selalu menunjukkan bahwa COVID-19 tidak hilang kemana-mana, dan kita harus belajar hidup bersama dengan COVID-19,” kata Syagril.

 

happy HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Happy
0 %
sad HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Sad
0 %
excited HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Excited
0 %
sleepy HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Sleepy
0 %
angry HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Angry
0 %
surprise HEADLINE: Kasus COVID-19 di Singapura Melejit, Varian Baru Jadi Pemicunya?
Surprise
0 %

You May Have Missed

PAY4D