6 Fakta Menarik Masjid Sheikh Lotfollah, Mahakarya Arsitektur Iran yang Dibangun Selama 16 Tahun
gospelangolano.com, Jakarta – Masjid Syekh Lotfollah merupakan mahakarya arsitektur Iran yang dibangun pada masa Kerajaan Safawi, terletak di sisi timur Alun-Alun Naqsh-i Jahan di Isfahan, Iran. Pembangunan masjid ini memakan waktu sekitar 16 tahun, dimulai pada tahun 1603 dan selesai pada tahun 1619.
Mengutip laman Iran Tours, Minggu 7 April 2024, masjid ini dibangun oleh arsitek ulung Mohammad Reza Isfahani pada masa pemerintahan Shah Abbas I dari Persia. Atas saran Arthur Upham Pope, Reza Shah Pahlavi membangun kembali dan memperbaiki masjid pada tahun 1920-an.
Masjid ini dimaksudkan untuk menjadi milik pribadi istana kerajaan, berbeda dengan Masjid Syah yang ditujukan untuk kepentingan umum. Oleh karena itu, masjid ini tidak memiliki menara dan ukurannya lebih kecil.
Ada lebih banyak hal tentang Masjid Syekh Lotfollah selain lokasinya dan kapan didirikan. Berikut enam fakta menarik Masjid Syekh Lotfollah yang dihimpun Tim Lifestyle gospelangolano.com dari berbagai sumber.
1. Sebutkan nama masjidnya
Sepanjang sejarahnya, masjid ini disebut dengan nama yang berbeda-beda. Bagi Sayyid Zayn al-Abidin Junabadi, seorang birokrat kenamaan Iran, masjid adalah masjid berkubah besar (Masjed-e qubbat-e ‘azim) dan masjid berkubah (qubbat masjed).
Sementara itu, sejarawan masa kini Iskandar Munshi menyebutnya sebagai masjid yang sangat bersih dan indah. Di sisi lain, pelancong Eropa seperti Jean Chardin menyebut masjid tersebut dengan nama aslinya, dan tulisan Alquran di dalam masjid, yang dibuat oleh kaligrafer Iran Baqir Banai, juga mencantumkan nama Syekh Lutfallah.
Catatan Muhibb Ali Beg, bendahara kerajaan, menunjukkan bahwa gaji imam berasal langsung dari sumber daya rumah tangga kekaisaran. Semua ini menunjukkan bahwa bangunan tersebut tidak hanya dinamai Syekh Lutfallah, tetapi juga bahwa imam terkenal ini adalah salah satu imam pertama yang membangun istana di masjid ini.
3. Bagian dalam masjid
Untuk menghindari keharusan berjalan melalui alun-alun menuju masjid, Shah Abbas memerintahkan arsitek membangun sebuah terowongan yang mengarah melalui alun-alun dari Istana Ali Qapu ke masjid. Untuk menuju pintu masuk masjid, Anda harus melewati koridor yang berkelok-kelok hingga akhirnya mencapai bangunan induk.
Penjaga berdiri di sepanjang lorong ini, dan desain ini dimaksudkan untuk melindungi wanita yang tinggal di harem sebanyak mungkin dari siapa pun yang memasuki gedung. Saat ini, gerbang ini terbuka untuk pengunjung dan jalur di bawah rel tidak lagi digunakan.
Pintu depan Masjid Syekh Lotfollah, seperti halnya Grand Bazaar dan Masjed-e Shah, berbentuk salib tersembunyi. Selain itu, fasad bawah masjid dan gapura terbuat dari marmer, ubin indah dalam tujuh warna, dan atap masjid dihiasi mosaik polikrom.
Penciptaan kaligrafi dan ubin yang keindahan dan kualitasnya melampaui apapun yang pernah diciptakan di dunia Islam. Pembuatan kaligrafinya diawasi oleh ahli kaligrafi Ali Reza Abbasi.
5. Terjadi perselisihan mengenai arah kiblat
Arsitek monumen tersebut adalah Mohammad-Reza Isfahani yang memecahkan masalah perbedaan arah kiblat dan pintu bangunan dengan merancang ruang depan berbentuk L yang menghubungkan antara pintu masuk dan pagar. Prasasti Reza Abbasi di pintu masuk mengungkapkan tanggal dimulainya pembangunan.
Orientasi utara-selatan Maydan tidak sesuai dengan arah barat daya Kiblat, yang sejajar 45 derajat dengannya. Fitur ini, yang disebut pāsnah dalam arsitektur Persia, menyebabkan kubah terletak tidak nyaman di belakang pintu masuk aula.
Meskipun struktur Masjid Syekh Lotfollah tampak sederhana, dekorasi interior dan eksteriornya sangat rumit. Terlihat pembangunan masjid ini menggunakan material terbaik dan pengrajin paling berbakat.
Gambar “merak” yang terlihat di bagian dalam kubah merupakan salah satu ciri khas masjid. Jika Anda berdiri di pintu masuk aula dalam dan melihat ke arah tengah kubah, Anda dapat melihat seekor burung merak yang ekornya tampak seperti sinar matahari yang datang dari lubang di langit-langit.
Di dalam kubah, untuk alasan estetika, dibuat lorong panjang dan rendah yang mengarah ke ruang kubah. Ekspresi desain ini tampaknya menunjukkan bahwa ketinggian yang rendah memberi jalan bagi peningkatan ketinggian, dan silau dihilangkan dengan cahaya seragam di hampir banyak jendela.
Mihrab di dinding barat ditutupi dengan bunga-bunga kecil di padang rumput biru tua. Setiap bagian desain masjid, setiap pengulangan, setiap cabang atau bunga mempunyai keindahan tersendiri. Namun keindahan masjid secara keseluruhan tampak nyata.